Sabtu, 26 November 2011

Dosa masa lalu

Seperti sebuah mimpi di siang hari, pikiran ini seolah-olah bertemu dengan seorang sahabat yang sangat saya kagumi. (sedikit lebay.. hehehee) Dia berada jauh di dalam hati saya, nasehat-nasehatnya sering sekali saya langgar, namun dia tetap sabar menemani kemanapun saya pergi. Maafkan saya selama ini sering mengecewakanmu sob..

Dalam kesendirian saya di siang ini, disaat perasaan bersalah di masa lalu mulai berdatangan ingin menyerang saya. Saya justru mengharapkan kehadirannya, kehadiran seorang sahabat hati yang sering saya abaikan dahulu ini. Sob..saya butuh kehadiranmu sekarang, saya benar-benar ingin bertanya dan mengharapkan jawabanmu bisa membuka pikiran saya. Memang terdengar sedikit gila bila ada yang liat saya bicara dengan diri sendiri seperti ini hehee, untunglah saat menulis ini saya sedang sendiri. Dan akhirnya dia muncul di depan saya, tanpa buang waktu saya langsung serang dia dengan pertanyaan pertama saya:

"sob, gimana cara melupakan kesalahan dan dosa saya di masa lalu?"

Dia malah tersenyum menatap saya dengan sinar mata  yang pemuh kasih sayang, dia tau semua perilaku  buruk saya di masa lalu. Padahal dia sudah berusaha berkali-kali ingatkan saya. Dia tau semua kesalahan saya, dia tau bila saya pernah menyakiti hati wanita, menghianati teman baik, sombong dan merasa diri sempurna, sering merendahkan orang lain dan banyak lagi perilaku buruk saya yang lainnya.
Dengan tersenyum penuh kedamaian dia pegang bahu saya dan balik bertanya kepada saya:

"bila seandainya waktu bisa di putar balik, apa yg akan kamu lakukan?".

Dengan cepat saya jawab,

"saya tidak akan melakukan kesalahan itu semua!"

seandainya dulu saya tau bila semua dosa saya di masa lalu itu akan mengejar dan seolah-olah akan menggigit saya sekarang, saya tidak akan melakukan hal-hal bodoh itu. Dia malah tertawa dan berkata:

"Sobatku Oka yg hatinya baik, waktu itu tidak bisa diputar balik!"

Jiaahhh... Katanya tadi 'seandainya' makanya saya jawab begitu.. Dengan sok benar saya membantahnya hehee. Kemudian dia melanjutkan menjelaskan kalo saya sebaiknya jangan pernah lupakan dosa-dosa dimasa lalu itu. Lo kok bisa??, yang saya tanyakan solusi..bukan melarang saya bertanya. gimana sihh!!. Dia diam dan tersenyum seolah-olah mengijinkan saya menang. Sy terdiam sebentar sambil berpikir, kenapa saya membantah nasehat baiknya, padahal saya yang minta nasehat. Kok malah saya jadi orang pertama yang membantahnya ya? Grrr... Alangkah bodohnya diri ini. Kemudia saya memutuskan untuk berusaha mendengarkan dan berusaha tidak membantah lagi.
Dia melanjutkan menjelaskan bahwa saya tidak boleh lupakan dosa di masa lalu, malah sebaiknya saya harus tetap ingat supaya saya tidak mengulanginya lagi. Yang tidak perlu ada adalah rasa sakit yang ditimbulkan dari kesalahan masa lalu itu, karena semua kejadian dimasa lalu itu telah membuat saya lebih baik sekarang, jadi mungkin harus saya syukuri kejadian-kejadian itu pernah terjadi dan semoga tidak terulang kembali. Dia juga ingatkan "seberapa buruk pun diri saya di masa lalu, masa depan saya masih suci" hmmm.. Masuk akal juga ya.
Kemudian dia melanjutkan menjelaskan, buat apa kita susah-susah berusaha memperbaiki masa lalu yg memang tidak mungkin diperbaiki itu, sementara yang kita lakukan sekarang membangun masa lalu yang lebih buruk lagi di masa depan. Ya ampunn.. Sebuah pemikiran yang rumit bagi otak saya yang pas-pasan ini, hehee.. pelan-pelan saya coba ikuti dan berusaha mengerti dan akhirnya sangat setuju.
Merasa puas dengan pertanyaan pertama, saya kemududian siapkan pertanyaan kedua untuk saya lontarkan padanya:

"Trus..bagaimana cara mengubah pendapat mereka yang terlanjur tau kesalahan saya di masa lalu, terlanjur sakit hati dan mungkin dendam pada saya. padahal sekarang saya ingin berubah?"

Dia tersenyum dan menggelengkan kepala, saya pikir dia tidak akan ada solusi dari pertanyaan ini. namun saya salah, dia menggelengkan kepala ternyata karena dia kasihan dengan pola pikir saya hiks.., dengan sabar dia mulai menjelaskan lagi:

"jangankan mengubah pendapat orang lain, bukankah merubah pendapat diri kita sendiri saja tidak gampang? bagaimana kalau kita perbanyak kebaikan kita kepada lebih banyak orang sehingga 10 orang yang menganggap kita jahat itu dikalahkan oleh pendapat 1000 orang yang tau kalau kita orang baik."

Ya ampun..tidak terpikirkan oleh saya sebelumnya, ternyata selama ini saya berfokus bagaimana memperbaiki masa lalu yang tidak mungkin untuk diperbaiki. padahal saya bisa mencurahkan perhatian dengan melakukan hal-hal baik hari ini untuk memperbaiki masa depan. hehee.. Ok lah kalau begitu. Seolah-olah dia tau apa yang saya pikirkan, dan kesombongan mulai timbul dalam diri saya, sambil tersenyum dia menambahkan:

"kita menilai diri kita dari yang kita pikir bisa kita lakukan, tapi orang lain menilai kita dari yang sudah kita lakukan"

Wow.. kata ini telah menjawab keraguan saya selama ini, pantas bila saya tidak dipercaya. selama ini saya sering menyalahkan mereka yang tidak percaya pada saya, ternyata saya sendirilah yang memberi alasan kenapa saya tidak bisa dipercaya.  semoga mulai hari ini saya bisa memperbaiki diri sendiri sehingga pantas dipercaya orang.
Terimakasih banyak sob.. tetaplah berada di dalam hati saya. I Love You So Much

Mendaki Gunung Batur 1 Januari 2002



Kamis, 24 November 2011

Bangga menjadi orang Bali

Hari ini adalah hari yang melelahkan bagi tubuh saya yang sudah melewati masa mudanya, hehee..meskipun ga kelihatan tua sih. Dari jam 4 pagi dibangunkan alarm agar saya siap-siap ngayah (kegiatan adat di Bali), 7 ekor babi, 1 ekor anjing dan puluhan ekor ayam dan bebek telah siap dipotong. hmm.. adat di kampung ini memang masih kental, sedikit berbeda dengan perkotaan yang lebih modern.

Namun ada beberapa hal yang mengganggu pikiran saya. Dalam ramainya kegiatan ngayah hari ini,  saya mendengar ada sedikit keluhan saudara-saudara yang merasa keberatan dengan kegiatan adat semacam ini. Di satu sisi orang Bali ingin mempertahankan budaya yang telah membuat Bali terkenal ini, namun di sisi lain, terutama saudara-saudara yg kekurangan dalam materi terlihat terpaksa melakoninya karena anak mereka belum beli buku, belum bayar sekolah namun mereka tidak bisa bekerja karena terikat oleh adat ngayah ini.

Di sisi lain, mereka disuguhkan pemandangan dimana para pendatang yang berhasil jadi pengusaha di Bali, mondar-mandir di jalanan dengan mobil mewahnya. Sedangka mereka sibuk mempertahankan adat, bahkan sulit bekerja untuk menghidupi keluarga.

Yang lebih menyedihkan bagi saya, ada saudara yang sampai rela berhutang karena rasa malu apabila tidak melakukan adat ini. Bisa dibayangkan, untuk upacara ngaben (kematian) bisa menghabiskan dana puluhan juta, sementara rata-rata penghasilan mereka tidak lebih dari 2juta sebulan. Itupun dalam pekerjaan mereka kadang harus sering bolos meninggalkan pekerjaan.

Tidak heran bila ada saudara saya yang bahkan rela menjual tanah warisan leluhur mereka dengan alasan biaya upacara. Oh my God.... Sungguh membuat hati ini miris melihatnya.
Teringat juga dulu waktu saya masih berprofesi sebagai karyawanpun harus rela mengambil cuti untuk kegiatan-kegiatan seperti ini, padahal cuti tersebut mungkin bisa saya ambil untuk berlibur dengan keluarga tercinta.

Sebagai bagian dari masyarakat Bali yang saya cintai ini, sama sekali tidak ada maksud untuk menjelekkan budaya yang indah ini. Saya juga tidak begitu menguasai perbedaan antara Agama dan Adat, saya sering mendengar kegiatan semacam ini adalah kegiatan Agama. Padahal menurut pengertian sederhana saya Agama dan Adat itu tidak sama, Agama=wahyu Tuhan sedangkan Adat/Budaya=buatan manusia. Bagaimana mungkin kegiatan Agama justru malah membuat saudara saya berhutang? Adakah yang salah?


Saya sadar mungkin apa yang saya tulis sekarang akan ada pihak-pihak yang tidak setuju dengan yang saya sampaikan ini. Karena ini menyangkut masalah sosial yang sensitif.  Teringat sebuah artikel di Bali Post, disampaikan oleh Gubernur Bali Bapak Mangku Pastika, bahwa mayoritas masyarakat Bali tidak pede, apalagi jika harus tampil kedepan bersuara. hahaa..saya sangat setuju dengan pernyataan beliau ini, karena saya sendiri salah satunya. Itu sebabnya hal yang mengganggu pikiran saya ini saya coba keluarkan melalui tulisan di blog ini. Namun sama sekali tidak ada niat saya untuk berdebat, harapan saya kedepannya masyarakat Bali bisa semakin cerdas, santun, jujur dan semakin sejahtera.

Saya bangga menjadi masyarakat Bali, Sebagai orang Bali yang memiliki nama I Made Oka Widnya.
Saya juga merasa bersyukur Tuhan memberikan Bali sebuah keunikan budaya, alam yang indah, pantai, makanan,  tarian, keramah tamahan orangnya, dan keseniannya yang tiada taranya.

Hal ini memang enak, tetapi dalam jangka panjang saya kawatir bisa mengurangi daya saing masyarakat Bali secara nasional atau internasional. Semoga masyarakat Bali terus belajar, menjadi lebih pandai, menjadi pekerja yang ulet, atau menjadi pengusaha yang baik.
model pakaian adat ringan Bali.
pakaian adat berat bersama istri tercinta.