Senin, 30 April 2012

Mereka bilang saya gila

Saking asiknya belajar bertani jamur, hampir lupa ternyata sudah hampir sebulan saya tidak update blog maupun update toko online. Padahal dulu pernah punya target dalam sebulan minimal ada satu tulisan untuk saya posting di blog ini, maafkan saya ya blog okawidnya hehee..
Sempat bingung juga mau menulis apa, karena biasanya saya menulis hanya bila ada  ide yang terlintas di pikiran, namun tulisan kali ini adalah karena hari ini adalah hari terakhir di bulan April 2012 dan saya belum posting satu tulisan pundi bulan ini. Jadi sy berada dalam keadaan terdesak dan belum ada ide sama sekali. Bila saya tidak menulis sekarang berarti bulan April saya absen dan tidak mencapai  target. (maklum mantan karyawan yg biasa dikejar target..hehe)

Ahaaa.. terlihat diatas meja sebuah buku dengan sampul seorang kakek yang sedang mendorong gerobak. Buku yang sudah dibelikan istri 4 bulan yang lalu, gimana kalau saya tulis sedikit tentang buku ini ya?
Buku "Mereka bilang saya gila"
 
Hmm..ternyata keterdesakan ini memaksa saya untuk mencari ide, bahkan sebuah buku pun harus bisa saya jadikan ide tulisan, lumayan sambil mengingat-ingat kembali isi buku yang sudah saya baca 4 bulan yang lalu ini.
Nama Bob Sadino memang tidak asing lagi, seorang pengusaha sukses yang suka berpenampilan nyentrik. Di mana pun dan kapanpun dengan pakaian “kebesarannya” adalah celana pendek di atas lutut. Istri saya tercinta tau kalau saya mengagumi Om Bob, jadi meskipun harga buku ini selangit bagi kantong saya, tetap aja dibelikan. thanks ya Darl..
Tidak saya pungkiri memang harga buku ini sebanding dengan isinya. Meskipun awalnya saya mengira buku ini isinya biografi dari Om Bob, tetapi ternyata bukan, menurut saya ini adalah sebuah buku provokasi dan lecutan-lecutan agar pembaca, terutama kaum terpelajar bergelar sarjana, berani menggeser paradigmanya, bahwa teori tanpa praktik itu nothing. Bila ingin Indonesia bangkit, diperlukan gerakan kewiraswastaan.

Bila pada umumnya seorang pembicara berangkat dari keluarga miskin kemudian menjadi berhasil, sehingga bisa menceritakan bagaimana perjuangannya. Berbeda dengan Om Bob, beliau lahir di keluarga kaya dan sebagai pewaris tunggal kekayaan keluarga karena saudaranya yang lain sudah mapan. Kemudian ingin menjadi miskin, pantas bila banyak orang menganggap Om Bob orang gila. Keberhasilan Om Bob menjadi pionir di bidang agrobisnis dan agroindustri dengan bendera Kemchicks Group begitu membekas. Pergaulannya yang luas di berbagai kalangan dan kepiawaiannya berkomunikasi pun tak diragukan lagi. Tapi, yang tak kalah menarik adalah gaya Bob dalam berpakaian, berpikir, berkomentar, bersikap, dan bertindak. Inilah komentar publik ; nyentrik, unik, stylish, berkelas, provokatif, kontroversial, berani, sangat merdeka, the real entrepreneur, bahkan fenomenal.

Banyak logika berpikir Om Bob yang awalnya saya kira gila, dan banyak pula teman-teman menganggapnya tidak masuk akal, dikupas dalam buku ini, memberikan saya pengertian-pengertian baru bagi saya yang sangat mencerahkan dan tidak terpikirkan oleh saya sebelumnya. Terimakasih kepada penulis Bapak Edy Zaqeus yang telah menulis buku ini dengan sangat menarik. Seperti sebuah cerita dalam bab “The Heart of the Entrepreneur” diceritakan ketika seorang doktor mengadakan seminar bedah buku yang berjudul “Menjadi Entrepreneur Itu Nikmat”. Usai sang doktor berbicara panjang lebar, giliran Om Bob menyatakan pendapatnya. Bukan Bob Sadino namanya kalau sampai tidak menggetarkan suasana seminar dengan komentarnya yang kontroversial. Om Bob bilang “buku ini isinya onani!. Nikmat itu onani, kalau anda ingin jadi Entrepreneur, jangan baca buku ini!” seperti sengaja meneror pembicara dan peserta seminar yang hampir semuanya bergelar sarjana. Dari cerita ini awalnya saya berpikir Om Bob itu orangnya arogan, sinis, semau gue dll. Namun ini adalah sebuah gambaran betapa Om Bob sangat menikmati kebebasan atau kemerdekaan sebagai seorang Entrepreneur. Karena “kebebasan” adalah jantungnya sang wiraswasta. (The Heart of the Entrepreneur).

Kuadran RBS (Roda Bob Sadino)

Pada bab “Roda Bob Sadino” dikupas tentang sebuah perputaran empat kuadran yang masing-masing menggambarkan wilayah pembelajaran seseorang, pada kuadran TAU menggambarkan proses belajar di kampus tentang teori yang tidak otomatis dapat diaplikasikan di masyarakat, kemudian kuadran BISA menggambarkan proses belajar praktek berulang di masyarakat sehingga menjadi TRAMPIL kemudian AHLI. Pada akhirnya dari kuadran AHLI pun harus kembali ke TAU untuk menemukan jawaban yang tidak ditemukan pada kuadran lainnya.



Sebuah cerita unik diceritakan dalam bab X “Lingkaran Bob Sadino”, ketika itu Om Bob berkesempatan mengisi acara talk show bersama bang Haji Rhoma Irama, saat ditanya apa doa Om Bob, dengan datar menjawab “saya berdoa supaya saya masuk neraka…” memang tidak masuk akal jawaban ini, namun dalam bab X ini dijelaskan mengapa jawaban Om Bob seperti itu, bukan Bob Sadino bila tidak bisa membalik pertanyaan. “Daripada Anda yang sudah tahu berlumuran dosa, tapi tetap ngotot mau masuk surga, apakah Anda tidak malu sama Tuhan? Terus berbuat dosa dan maksiat, tapi tetap minta masuk surga. Lebih baik Anda memperbaiki hidup Anda, jangan lagi berbuat terlalu banyak dosa dan perbanyak berbuat baik pada orang lain. Tanpa minta masuk surga pun, Tuhan pasti akan menempatkan Anda ke sana…”
Berkaca dari perjalanan hidupnya sendiri, Om Bob menggambarkan tahapan-tahapan kematangan kehidupan seseorang dalam tiga bentuk lingkaran seperti gambar berikut:

Lingkaran Bob sadino

lingkaran pertama memperlihatkan wilayah orang yang dikuasai oleh logika yang bertumpu pada otak, sehingga berpikirnya hitam putih, salah benar, goblok pintar dll. Umumnya rentang usia orang ini antara 25-40 tahun. Pada lingkaran berikutnya tampak lingkaran terbelah dua namun tidak tampak batasan tegas yang menunjukkan cairnya batasan hitam putih akibat proses kehidupan, tidak lagi bertumpu hanya pada otak tapi pada hati atau kebijaksanaan. Rentang usianya 40-60 tahun. Mereka mampu melihat beragam hal dari bermacam sisi, sehingga bisa melihat suatu hal dari sisi lainnya. Inilah lingkaran para entrepreneur. Pada gambar terakhir menunjukkan lingkaran kosong, setingkat lebih tinggi dibanding kebijaksanaan, karena tidak ada lagi beban akibat keberadaan dan pertentangan konsep, teori, peristiwa dan realitas. Di lingkaran inilah orang sudah sepenuhnya menyandarkan kehidupannya pada kekuatan Yang Maha Kuasa.


Terdampar di Hutan Bakau Bali, saat mencari tempat sepi untuk baca buku Bob Sadino.




Sejuk, sepi, tanpa gangguan.. hmm..tempat yang sempurna untuk membaca.