Saking asiknya belajar bertani jamur, hampir lupa ternyata
sudah hampir sebulan saya tidak update blog maupun update toko online. Padahal
dulu pernah punya target dalam sebulan minimal ada satu tulisan untuk saya
posting di blog ini, maafkan saya ya blog okawidnya hehee..
Sempat bingung juga mau menulis apa, karena biasanya saya
menulis hanya bila ada ide yang
terlintas di pikiran, namun tulisan kali ini adalah karena hari ini adalah hari
terakhir di bulan April 2012 dan saya belum posting satu tulisan pundi bulan
ini. Jadi sy berada dalam keadaan terdesak dan belum ada ide sama sekali. Bila saya
tidak menulis sekarang berarti bulan April saya absen dan tidak mencapai target. (maklum mantan karyawan yg biasa
dikejar target..hehe)
Ahaaa.. terlihat diatas meja sebuah buku dengan sampul
seorang kakek yang sedang mendorong gerobak. Buku yang sudah dibelikan istri 4
bulan yang lalu, gimana kalau saya tulis sedikit tentang buku ini ya?
Buku "Mereka bilang saya gila" |
Hmm..ternyata keterdesakan ini memaksa saya untuk mencari
ide, bahkan sebuah buku pun harus bisa saya jadikan ide tulisan, lumayan sambil
mengingat-ingat kembali isi buku yang sudah saya baca 4 bulan yang lalu ini.
Nama Bob Sadino memang tidak asing lagi, seorang pengusaha
sukses yang suka berpenampilan nyentrik. Di mana pun dan kapanpun dengan
pakaian “kebesarannya” adalah celana pendek di atas lutut. Istri saya tercinta
tau kalau saya mengagumi Om Bob, jadi meskipun harga buku ini selangit bagi
kantong saya, tetap aja dibelikan. thanks ya Darl..
Tidak saya pungkiri memang harga buku ini sebanding dengan
isinya. Meskipun awalnya saya mengira buku ini isinya biografi dari Om Bob,
tetapi ternyata bukan, menurut saya ini adalah sebuah buku provokasi dan
lecutan-lecutan agar pembaca, terutama kaum terpelajar bergelar sarjana, berani
menggeser paradigmanya, bahwa teori tanpa praktik itu nothing. Bila ingin Indonesia
bangkit, diperlukan gerakan kewiraswastaan.
Bila pada umumnya seorang pembicara berangkat dari keluarga miskin kemudian menjadi berhasil, sehingga bisa menceritakan bagaimana perjuangannya. Berbeda dengan Om Bob, beliau lahir di keluarga kaya dan sebagai pewaris tunggal kekayaan keluarga karena saudaranya yang lain sudah mapan. Kemudian ingin menjadi miskin, pantas bila banyak orang menganggap Om Bob orang gila. Keberhasilan Om Bob menjadi pionir di bidang agrobisnis dan
agroindustri dengan bendera Kemchicks Group begitu membekas. Pergaulannya yang
luas di berbagai kalangan dan kepiawaiannya berkomunikasi pun tak diragukan
lagi. Tapi, yang tak kalah menarik adalah gaya
Bob dalam berpakaian, berpikir, berkomentar, bersikap, dan bertindak. Inilah
komentar publik ; nyentrik, unik, stylish, berkelas, provokatif, kontroversial,
berani, sangat merdeka, the real entrepreneur, bahkan fenomenal.
Banyak logika berpikir Om Bob yang awalnya saya kira gila,
dan banyak pula teman-teman menganggapnya tidak masuk akal, dikupas dalam buku
ini, memberikan saya pengertian-pengertian baru bagi saya yang sangat mencerahkan
dan tidak terpikirkan oleh saya sebelumnya. Terimakasih kepada penulis Bapak
Edy Zaqeus yang telah menulis buku ini dengan sangat menarik. Seperti sebuah
cerita dalam bab “The Heart of the Entrepreneur” diceritakan ketika seorang
doktor mengadakan seminar bedah buku yang berjudul “Menjadi Entrepreneur Itu
Nikmat”. Usai sang doktor berbicara panjang lebar, giliran Om Bob menyatakan
pendapatnya. Bukan Bob Sadino namanya kalau sampai tidak menggetarkan suasana
seminar dengan komentarnya yang kontroversial. Om Bob bilang “buku ini isinya
onani!. Nikmat itu onani, kalau anda ingin jadi Entrepreneur, jangan baca buku
ini!” seperti sengaja meneror pembicara dan peserta seminar yang hampir semuanya
bergelar sarjana. Dari cerita ini awalnya saya berpikir Om Bob itu orangnya
arogan, sinis, semau gue dll. Namun ini adalah sebuah gambaran betapa Om Bob
sangat menikmati kebebasan atau kemerdekaan sebagai seorang Entrepreneur.
Karena “kebebasan” adalah jantungnya sang wiraswasta. (The Heart of the
Entrepreneur).
Kuadran RBS (Roda Bob Sadino) |
Pada bab “Roda Bob Sadino” dikupas tentang sebuah perputaran
empat kuadran yang masing-masing menggambarkan wilayah pembelajaran seseorang,
pada kuadran TAU menggambarkan proses belajar di kampus tentang teori yang
tidak otomatis dapat diaplikasikan di masyarakat, kemudian kuadran BISA
menggambarkan proses belajar praktek berulang di masyarakat sehingga menjadi
TRAMPIL kemudian AHLI. Pada akhirnya dari kuadran AHLI pun harus kembali ke TAU
untuk menemukan jawaban yang tidak ditemukan pada kuadran lainnya.
Sebuah cerita unik diceritakan dalam bab X
“Lingkaran Bob Sadino”, ketika itu Om Bob berkesempatan mengisi acara talk show
bersama bang Haji Rhoma Irama, saat ditanya apa doa Om Bob, dengan datar
menjawab “saya berdoa supaya saya masuk neraka…” memang tidak masuk akal
jawaban ini, namun dalam bab X ini dijelaskan mengapa jawaban Om Bob seperti
itu, bukan Bob Sadino bila tidak bisa membalik pertanyaan. “Daripada Anda yang
sudah tahu berlumuran dosa, tapi tetap ngotot mau masuk surga, apakah Anda
tidak malu sama Tuhan? Terus berbuat dosa dan maksiat, tapi tetap minta masuk
surga. Lebih baik Anda memperbaiki hidup Anda, jangan lagi berbuat terlalu
banyak dosa dan perbanyak berbuat baik pada orang lain. Tanpa minta masuk surga
pun, Tuhan pasti akan menempatkan Anda ke sana…”
Berkaca dari perjalanan hidupnya sendiri, Om Bob
menggambarkan tahapan-tahapan kematangan kehidupan seseorang dalam tiga bentuk
lingkaran seperti gambar berikut:
Lingkaran Bob sadino |
lingkaran pertama memperlihatkan wilayah orang yang dikuasai
oleh logika yang bertumpu pada otak, sehingga berpikirnya hitam putih, salah
benar, goblok pintar dll. Umumnya rentang usia orang ini antara 25-40 tahun.
Pada lingkaran berikutnya tampak lingkaran terbelah dua namun tidak tampak
batasan tegas yang menunjukkan cairnya batasan hitam putih akibat proses
kehidupan, tidak lagi bertumpu hanya pada otak tapi pada hati atau
kebijaksanaan. Rentang usianya 40-60 tahun. Mereka mampu melihat beragam hal
dari bermacam sisi, sehingga bisa melihat suatu hal dari sisi lainnya. Inilah
lingkaran para entrepreneur. Pada gambar terakhir menunjukkan lingkaran kosong,
setingkat lebih tinggi dibanding kebijaksanaan, karena tidak ada lagi beban
akibat keberadaan dan pertentangan konsep, teori, peristiwa dan realitas. Di
lingkaran inilah orang sudah sepenuhnya menyandarkan kehidupannya pada kekuatan
Yang Maha Kuasa.
Terdampar di Hutan Bakau Bali, saat mencari tempat sepi untuk baca buku Bob Sadino. |
Sejuk, sepi, tanpa gangguan.. hmm..tempat yang sempurna untuk membaca. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar