Bila pertanyaan ini saya tanyakan pada sahabat-sahabat baik saya, mungkin sudah pasti semua menjawab ‘menjadi karyawan’. Itu sebabnya semua sahabat dan saudara dekat saya tidak mendukung saat saya memilih jadi pengangguran. Saya sendiri menganggap pilihan ini pilihan orang idiot.. hehe.. but it's my life.
Nikmatnya jadi karyawan |
Kemudian apa yang terjadi bila pertanyaan ini saya rubah menjadi “pilih jadi karyawan atau pengusaha?” hmm… mungkin saya akan dapat jawaban yang beragam. Bagi mereka yang sukses sebagai pengusaha, mungkin jawabannya beda dengan orang yang pernah gagal jadi pengusaha dan hidup tenang dan terjamin sebagai karyawan.
Saya yakin setiap orang mempunyai pilihan yang berbeda dalam hidupnya dan seorang sahabat baik pasti menghormati perbedaan pilihan-pilihan sahabatnya, dan bahkan akan membantu sahabatnya berbahagia dalam pilihan-pilihannyaitu.
Kemudian bagaimana bila pertanyaan saya rubah lagi menjadi:
Apa yang saya inginkan?
Jika yang saya inginkan adalah kekayaan dan keamanan, mungkin saya tidak perlu berhenti dari pekerjaan saya sebagai karyawan. Saya juga dapat menjadi kaya melalui jalur karyawan. Saya banyak melihat karyawan yang sukses menikmati gaji dan fasilitas yang memungkinkan mereka hidup mewah. Mereka juga bisa menabung, bahkan memutarkan kelebihan uang ke saham, properti dan franchise. Terlihat sangat jelas pendapatan mereka jauh lebih baik daripada pemilik usaha kecil.
Trus, kenapa saya berhenti jadi karyawan?
Setelah hampir 6 tahun merasakan nikmatnya jadi karyawan, saya merasa ada dua hal yang kurang dalam hidup saya.
· Yang pertama adalah waktu. Saya ingin menentukan waktu saya sendiri. Sebagai karyawan saya terikat waktu kerja. Apakah jadi pengusaha bebas waktu? Tentu tidak, saya tau ini bukan berarti jadi pengusaha bebas dalam waktu. Bahkan saya sering melihat pengusaha yang di kala sibuk, mereka bekerja 18 jam sehari dan 7 hari seminggu. (Oh! Ini lebih buruk daripada jadi pengusaha dong??). Betul, namun sebagai gantinya, di waktu senggang, mereka bebas mengunakan waktu. Mereka bebas jalan-jalan bersama keluarga dan teman-temannya.
· Yang kedua adalah kebebasan …Kebebasan disini bukan berarti bebas bersantai semaunya, yang saya perhatikan pengusaha itu bebas membuat keputusan. Mereka tidak perlu meminta izin atasan. Trus apa dampaknya? Memang dampak yang sangat berbeda, sebagai karyawan bila saya melakukan kesalahan, perusahaan akan menanggung kesalahan saya. Namun sebagai pengusaha, bila saya yang melakukan kesalahan berarti saya sendiri yang akan menanggungnya. Enak kan jadi karyawan? Melakukan kesalahanpun yang rugi perusahaan, bukan kita hehe.. tapi, ini hal yang saya suka, saya ingin belajar menjadi pribadi yang menyalahkan diri sendiri atas lemahnya lingkungan, bukan menyalahkan semua kecuali diri sendiri.
Jadi, mana yang lebih baik, menjadi karyawan atau pengusaha?
Sebagai manusia yang punya kebebasan memilih, saya merasa berhak memilih jalan hidup saya. Jika saya menginginkan kekayaan, keamanan dan rutinitas, hidup yang tidak banyak berubah, menjadi karyawan sudah cukup. Apalagi lingkungan saya sendiri terdiri dari lebih banyak berprofesi sebagai karyawan dan banyak teman saya menginginkan kehidupan seperti ini. Jadi, bila saya tetap jadi karyawan minimal saya tidak sendiri. Hehe.. Namun, ternyata saya menginginkan waktu, kebebasan dan petualangan, maka saya mungkin perlu memikirkan cara-cara menjadi seorang pengusaha yang baik.
Kado dari istri tercinta |
Bersyukur sekali saya di anugrahkan Tuhan seorang istri yang sangat mengerti saya, dia selalu mendukung saya terhadap apapun pilihan saya. Meskipun saya merasakan penolakan di dalam hatinya saat awal saya memutuskan untuk berhenti jadi karyawan dan menjadi pengangguran, namun saya yakin rasa sayangnya pada diri saya mengalahkan penolaknnya itu dan kemudian mendukung keputusan saya. Thanks Darl...
Sebagai wujud dukungan istri atas keputusan saya, pada ultah saya yg ke-30 tgl 15 Agustus 2011 saya mendapat kado spesial yaitu buku “A Gift From A Friend” yang ditulis oleh Merry Riana.
Apa yang ada dalam buku ini?
Hampir 2 bulan berlalu setelah saya dapat hadiah buku ini, namun saya belum juga membacanya. Hehe… saking sibuknya bersenang-senang.. (orang pintar terlalu serius, orang idiot suka bersenang-senang) hmm… semakin kelihatan ya.
Sebelumnya, saya tidak begitu tau siapa Merry Riana, sampai pada saat saya menulis blog ini saya baru saja selesai membaca buku hadiah ultah ini. Wow, dari lubuk hati yang paling dalam saya ucapkan “Buku ini sangat luar biasa…!” sangat menginspirasi dan memberi semangat yang dasyat, pantas bila buku ini menjadi buku best seller.
Dalam buku ini diceritakan perjalanan hidup seorang Merry Riana dari seorang gadis biasa yang merantau di Singapura, belajar di negeri orang dengan segala keterbatasannya tetapi berhasil menjadi menjadi miliarder pada usia 26 tahun. Kalimat-kalimat dalam buku ini sangat sederhana sehingga mudah dimengerti oleh otak saya yang pas-pasan ini. Saya suka sekali dengan gaya bahasa Merry yang bisa memberi motivasi tanpa saya merasa di gurui. Dia berbagi bagaimana cara dia memandang hidup. dan dalam buku ini mengajarkan saya tentang pelajaran hidup, semangat, kerja keras dan kasih sayang. Sangat mencerahkan.. Namun satu hal yang saya kurang setuju adalah harga buku ini terlalu murah dibanding dengan pengalaman yang sudah dilalui oleh Merry Riana.
Buku "A Gift From A Friend" oleh Merry Riana |
2 komentar:
tadinya saya berniat beli buku itu, tetapi kmudian beralih membeli buku Meuthia Rizki (sama2 ditulis oleh Alberthienne Endah,penulis perjalanan Merry Riana) yang trnyata juga banyak memotivasi saya untuk terus bergerak meraih kesuksesan. Btw usaha apa yg bapak jalankan skrg ?
Terimakasih komennya Ira. Setuju, banyak buku yang memberi motivasi untuk kita terus bergerak, itu sebabnya saya suka baca buku pengembangan diri. Usaha sy sekarang budidaya jamur. Mohon doa restunya ya. GBU
Posting Komentar