Sabtu, 18 Februari 2012

Siapa sebenarnya yang gila?

Pertama ketemu kakek ini, saya sempat berpikir 'hmm.. Kayaknya ini orang gila'. Gimana tidak gila, setiap saya lewat bersepeda disebelahnya dia selalu tersenyum lebar kepada saya. Meskipun saya tidak kuasa tidak membalas senyumnya dan saya jadi ikut tersenyum. Hari berikutnya saya ketemu lagi dan dia tetap tersenyum lebar.
Senyum lebar seorang kakek asli Bali (Wayan Sukada)

Kebetulan sy punya hobi baru yaitu bersepeda setiap pagi, itupun kalo tidak dikalahkan rasa malas hehee.. Membuat saya hampir tiap hari bertemu kakek ini yang bekerja sebagai tukang sapu di jalan raya. Setiap saya lewat dia selalu berhenti menyapu menatap saya dan tersenyum lebar, saya juga ikut balas  senyum sambil naikkan tangan dari atas sepeda. Hahaa.. Ternyata itu menjadi kebiasaan kami, setiap ketemu kami selalu saling melambaikan tangan dan tersenyum lebar.

 Apakah dia gila? Jadi teringat nasehat seorang sahabat, belajarlah dari semua orang, bahkan belajarlah dari orang gila! Whatt.. Apa yg bisa dipelajari dari orang gila?? Salah-salah saya jadi ikut gila. Ternyata bila saya perhatikan orang gila itu tidak tau dirinya gila, orang waras atau merasa waras seperti saya yang menyebut mereka gila. (Jangan-jangan memang saya yang gila??). Orang gila bisa tersenyum dan tertawa tiap hari (meskipun ada gila jenis lain, tapi sy tidak  bahas disini). Tidak peduli sekarang musim durian, musim galau atau musim krisis ekonomi yang membuat saya orang yg merasa waras ini sering marah dan bersedih. Hahaa.. Saya jadi curiga jangan-jangan orang gila ini meliat saya yang gila jadi mereka sering tersenyum dan tertawakan saya.. Hahaa.. Bila saya perhatikan orang-orang gila yg tidur dipinggir jalan, apakah mereka pernah sakit? Orang gila jarang sekali sakit bahkan tidak pernah sakit (pengalaman punya nenek gila..) saya yang waras malah sering sakit apabila pikiran lagi stres. Hal ini membuktikan banyak penyakit yang disebabkan oleh pikiran, Nah nasehatnya, kalau saya ingin selalu sehat dan ceria sy harus jadi “orang gila”. Hahaaa..

8 tahun bekerja di DKP Denpasar, (lokasi: Jl. Bypass Ngurah Rai, dari Galery Chandra sampai lampu merah Jl. Waribang, Kesiman, Denpasar)

Kembali ke cerita kakek tadi, saya semakin penasaran dengannya, akhirnya saya memutuskan berhenti, turun dari sepeda dan menyapanya, menyalami tangannya sambil saya memperkenalkan diri. Kamipun mengobrol penuh tawa layaknya dua orang gila, hahaa.. Dari sana saya tahu nama beliau I Wayan Sukada seorang kakek asal Karangasem yang sudah punya 9 cucu, tinggal di Jl Sedap Malam Denpasar, tidak jauh dari tempat tinggal saya. Dan OMG... kakek ini ternyata ramah sekali, berbicara penuh hormat memperlakukan saya seolah-olah saya pejabat tinggi saja, padahal saya sudah beritau dia kalo saya orang biasa dan pengangguran. Ya ampuunn,, sempat saya berhayal seandainya semua manusia bisa berlaku santun dan saling menghormati seperti beliau ini, dunia akan terasa damai sekali.
Keramahan asli orang Bali yang sekarang mulai terkikis.

Cerita sejarah perjuangan hidup beliau dari waktu muda sudah merantau.

Beliau berpesan kepada saya, kalau nanti bertemu lagi dimanapun beliau minta disapa duluan, beliau takut tidak bisa mengenali saya karena mata beliau yang sudah agak rabun jadi sulit mengenali orang. 'Panggil saya Kak!' (panggilan kakek di Bali, bukan Kakak ya... ) Itu pesan beliau.. OK Kak, sampai ketemu lagi. Semoga Kak selalu sehat dan berbahagia ya..





2 buah sepeda lipat sederhana yang dampaknya tidak sederhana. haha

Narsis dulu.. bergaya ababil. lupa kalo udah tua..

Senin, 13 Februari 2012

Robert Kiyosaki - “The Cashflow Quadrant”


Keranjingan membaca buku membuat saya lupa segalanya, termasuk lupa sama istri dan lupa bekerja.. hehee..,maaf ya Istriku, semoga penyakit ini sementara.
Jenis buku yang saya sukai adalah “pengembangan diri”. Meskipun ada seorang teman yang memperingatkan agar saya menghindari membaca buku jenis ini karena ujung-ujungnya secara tidak langsung akan memperkuat aliran manusia pemakan manusia. Oh ya? Separah itukah?? Ya, mungkin ada benarnya..tapi bisa bisanya kita aja lah yang filtering.

Buku “The Cashflow Quadrant” pertama di cetak tahun 2001 atau 11 tahun yang lalu, tapi saya baru membeli dan membacanya sampai habis di tahun 2012. hahaa… sangat terlambat.
Teringat  dulu waktu kuliah tahun 2000-an, beberapa teman kos saya sering membaca buku Robert T. Kiyosaki, bahkan mereka bermain monopoly seperti anak kecil aja hehee.. saya sempat penasaran dan coba ikut baca buku itu, namun belum satu halaman saya sudah menyerah, padahal udah diulang baca kalimatnya tetap juga tidak mengerti. Tapi kenapa teman saya mengerti..? hmm berarti otak saya yang belum siap kayaknya hehee..

Pengangguran masuk quadrant mana ya? #bingung#

Sebelum baca buku ini saya sering mendengar komentar miring dari teman-teman yang mengatakan buku ini adalah “ajaran” yang suka dipakai oleh orang MLM untuk ‘menjebak’ mangsanya. Buku ini menjual mimpi, menjelekkan profesi pegawai sehingga mereka mau lompat berhenti kerja dan membuat keluarga jadi terlantar. Intinya buku ini membuat saran yang berbahaya.
Ada juga yang bilang Robert T. Kiyosaki bukan kaya dari bisnis properti, investasi saham atau lainnya, tapi dari buku yang dijualnya. Buku yang mengundang kontroversial. Ini merupakan resep kaya abad informasi. Jika mau kaya seperti Robert T. Kiyosaki ikuti jejaknya : buat buku yang mengundang kontroversi !

Hahaa.. namun apapun pendapat mereka, secara pribadi saya sangat mengagumi Robert T. Kiyosaki dalam menulis buku ini, beliau sangat brilian. Dan tidak banyak orang yang bisa melakukannya, apalagi dengan gaya penulisan yang seperti itu, meskipun memang pada awalnya serasa berat mengikuti logika berpikir beliau. Setelah membaca buku ini pelan-pelan saya bukan saja merasa diingatkan bahwa kesadaran akan finansial itu sangat penting, tetapi terutama tentang proses mental, emosional, dan pendidikan. Terlepas dari teori The Cashflow Quadrant yang ia buat tepat untuk diterapkan atau tidak ya tergantung pilihan masing-masing orang.

The Cashflow Quadrant adalah kuadran yang menggambarkan berbagai macam pekerjaan yang dilakukan orang-orang di seluruh dunia




Berikut penjelasan dari gambar diatas:
-         E singkatan dari employee. Artinya pegawai. Pegawai adalah orang yang bekerja untuk orang lain baik di pemerintahan maupun perusahaan swasta, jabatan tinggi maupun rendah, sipil mapun militer. Yang jelas mereka punya gaji bulanan/ per periode yang tetap dengan jam kerja tetap. Mereka sangat mencintai kemanan kerja dan kestabilan ekonomi. Mereka takut resiko dan mengharap kontrak hitam di atas putih. 
-         S singkatan dari pekerja lepas atau pekerja untuk diri mereka sendiri. Contoh dokter, pengacara, akuntan publik, seniman, wiraswasta pemilik bisnis kecil dan lain-lain. Mereka menyukai kebebasan ekspresi dan berusaha melakukan segalanya sendiri menurut cara mereka sendiri. Oleh karena itu mereka perfeksionis yang biasanya kurang mampu mendelegasikan pekerjaan kepada orang lain. 
-         B singkatan dari business owner, yaitu pemilik bisnis yang besar, yang memiliki sistem sehingga tidak menuntut kehadiran mereka untuk sistem itu bisa berjalan. Sistem dari perusahaan sudah berjalan tanpa campur tangan B sehingga B bisa memiliki kebebasan uang dan waktu karena dibiayai aset mereka berupa perusahaan bersistem tersebut. 
-         I singkatan dari investor, yaitu orang yang menginvestasikan uang mereka dalam jumlah sedikit ke dalam sistem perusahaan lalu mendapat laba yang besar berkali lipat. Banyak orang menduga Investor terkait bursa saham, obligasi. Namun ternyata investasi juga terkait manajemen usaha perusahaan dengan melibatkan kecerdasan finansial. Investasi adalah area bermain orang kaya di mana uang berputar menghasilkan uang.

Kuadran E dan S disebut kuadran kiri adalah kerja mencari uang langsung sehingga jika mereka bekerja, mereka akan mendapat uang. Sebaliknya, jika tidak bekerja, penghasilan mereka juga berhenti. Oleh karena itu mereka terpaksa selamanya bekerja (walau ada pensiun). Resiko semua orang adalah kecelakaan, sakit dan meninggal. Tambahan resiko kuadran kiri adalah PHK dan bangkrut. Jika itu terjadi bencana ekonomi akan terjadi kepada mereka.
Kuadran B – I disebut kuadran kanan. Di kuadran ini pelakunya tidak langsung mencari uang, amun membangun aset ulu. Setelah aset mereka jadi, aset itu yang kerja sehingga mereka dapat penghsilan pasif. Kalau punya penghasilan pasif, merka a punya bebas uang dan waktu. Jadi bisa libur kerja, liburan. Jika ada resiko kecelakaan mereka bisa antisipasi dengan pengobatan dan perawatan hidup luxs seperti di TV. Jika aset mereka berkembang, mereka tak perlu khawatir masa depan mreka, keluarga mereka dan keturunan mereka.
Menurut Robert T. Kiyosaki kebebasan finansial terdapat di kuadran kanan karena aset mampu memberikan penghasilan pasif untuk membantu masalah ekonomi kehidupan semua orang. Oleh karena itu disarankan semua orang ke kuadran kanan ( walau kenyataannya tiap orang suka bermacam-macam kuadran). Untuk masuk kuadran kanan, disarankan masuk kuadran B dulu untuk mempersiapkan uang dan keterampilan finansial. Kuadran I butuh uang banyak untuk modal.

Jadi bila hanya ingin tahu kenapa orang miskin tambah miskin? kenapa orang kaya tambah kaya? kenapa ada orang bekerja lebih sedikit, tapi menghasilkan lebih banyak dan lebih aman secara finansia? Silahkan baca buku ini. Tapi bila mau jadi kaya seperti Robert T. Kiyosaki, ada harga yang harus dibayar.


Rabu, 08 Februari 2012

Video penganiayaan di Bali

Sebagai masyarakat Bali yang bangga menjadi orang Bali, yang katanya berbudaya santun dan cinta damai, sy merasa sangat terpukul membaca berita di media masa ini, semoga kita semua dapat mengambil pelajaran dari kejadian ini.

Salah satu adegan dalam video penganiayaan di Bali


Timbul pertanyaan dalam hati, apa sebetulnya yang terjadi disekitar saya? sempat ada rasa ingin ikut menghakimi dan ikut menghujat perilaku anak-anak ini seperti yang dilakukan banyak teman-teman di jejaring sosial. kemudian saya berpikir itu tidak akan menyelesaikan masalah,  bukan itu solusi bagi masalah ini. Tayangan tersebut membuat hati ini bertanya betulkah ini semua salah anak-anak itu? tidakkah ada peran orang tua, peran lingkungan dan peran saya sendiri sebagai kakak dari adik-adik saya dirumah?

hmm... Banyak sekali orang tua yg sibuk sekali bekerja, sehingga pendidikan anak dititipkan pada orang lain, ke gurunya disekolah, ke guru les, ke pembantu, atau ke TV yg dibiarkan menyala terus, sehingga anak tidak lagi merepotkan. Padahal kasih sayang itu dididikkan, bukan kualitas yang dibawa sejak lahir. seperti yang penah saya tulis disini.

Teringat dahulu waktu saya kecil, bila saya jatuh Ibu selalu memukul lantai, bila saya terbentur meja Ibu  memukul meja, Ibu bilang "meja ini nakal" sehingga saya berhenti menangis.. hehee
Tanpa disadari kebiasaan seperti itu membuat saya lemah sekarang, sehingga tidak lagi melihat diri sendiri bertanggung jawab atas kebaikan sendiri tapi menyalahkan lantai, menyalahkan presiden, menyalahkan pemerintah, menyalahkan atasan, menyalahkan perusahaan tempat saya bekerja, menyalahkan perilaku anak ABG ini yang katanya mencoreng Bali, menyalahkan semua kecuali diri saya sendiri.

Pernah saya sampaikan nasehat jangan memukul lantai ini kepada seorang Ibu, kalau kebiasaan itu tidak baik, namun dibantah dengan alasan kasihan anak menangis, dengan melakukan itu anaknya pasti berhenti menangis. Sadar akan diri yang belum punya anak dan belum punya pengalaman mengasuh anak, saya memilih diam, dalam hati saya berpikir orang tua yg takut karena anaknya menangis kalau dilarang, harus siap-siap menangis oleh sikap buruk anak-anaknya seumur hidup. Tapi biarlah, tugas saya adalah menyampaikan, dia mau berubah atau tidak bukan wewenang saya.

Saya sempat heran bagaimana orang tua yg terdidik membiarkan anak-anak tumbuh sebagaimana maunya?  padahal anak kecil tidak tau yg baik. Anak-anak itu butuh pahlawan, semoga kita bisa menjadi pribadi yg berdiri sebagai pahlawan bagi anak-anak, dan cara terbaik jadi pahlawan bagi anak kecil adalah berlutut dan memberitahu dia kita menyayanginya.

Ada seorang sahabat yang mengingatkan saya bahwa anak itu adalah cermin perilaku orang tuanya, tanpa sadar orang tua mengajarkan kekerasan kepada anaknya dengan cara bertengkar dan berkata kasar dihadapan anak yang masih belum tau mana yang baik dan mana yang tidak baik. Melarang anaknya merokok sementara orang tuanya sendiri merokok. menyuruh anaknya belajar sementara mereka sendiri tidak pernah belajar lagi.
Anak itu akibat, bukan sebab. Karena orang tua mengijinkan yang tidak baik untuk dilakukan,  anak jadi terbiasa melakukan yang tidak baik. Jadi bila ada orang tua yang marah melihat ketidak baikan anaknya seharusnya mengecek apa yang telah mereka didikkan selama ini.

-------------------------------------------------------------


Bagi yang sudah menonton video penganiayaan tersebut, telah beredar pula video pelecehan yang lebih parah lagi. Berikut saya beri link nya : http://www.twitvid.com/K0HXB


Salah satu adegan dalam video penganiayaan versi-2

--------------------------------------

Semoga bermanfaat... 

Stop kekerasan pada anak....!!!!!