Rabu, 28 Desember 2011

Transmigrasi ke Sulawesi


Pada sebuah acara tanya jawab oleh Gubernur Bali di sebuah televisi lokal, seorang mengusulkan kepada Gubernur untuk menghapuskan transmigrasi bagi penduduk Bali, alasannya karena penduduk asli Bali disuruh pergi namun sekarang Bali dipenuhi penduduk pendatang. Awalnya saya setuju dengan pendapat ini, namun setelah Bapak Gubernur menjawab pikiran saya mulai terbuka.
Bagi penduduk asli Bali yang hanya memiliki keahlian bertani, maka transmigrasi adalah solusi, karena lahan di Bali sudah tidak mendukung untuk pertanian yg luas. Trus datang pertanyaan lagi kenapa mereka yang merantau menjadi sukses, dan penduduk asli Bali yang tinggal di Bali terkesan malas dan kalah bersaing dengan para pendatang? Seperti sebuah pernyataan lucu yang beredar di lingkungan saya “Orang Bali jual tanah untuk beli bakso, namun pendatang jual bakso untuk beli tanah di Bali”


Traktor untuk alat transportasi di Sulteng
Sebagai orang asli bali saya merasa sakit hati melihat kenyataan ini, semakin besar keinginan saya meliat kondisi paman yang merantau di Sulawesi Tengah, dan bersyukur sekali sama Tuhan pada tanggal 17 – 25 Desember 2011 saya dan istri diijinkan untuk liburan pacaran ke Sulawesi Tengah menginap dirumah Paman yang sudah transmigrasi dari tahun 70an.
Banyak kendala sebelum kami berangkat, salah satunya pekerjaan istri yang tidak boleh libur seenaknya, berbeda dengan saya yang banyak waktu karena berprofesi sebagai pengangguran.. hehehe.. Namun sangat beruntung istri diijinkan untuk cuti oleh atasannya yang baik.
Masalah keduapun datang, uangnya darimana? Sebagai seorang pengangguran yang sudah tidak bekerja dari bulan Juli 2011 saya akui ini kondisi yang tidak mudah, keputusan idiot saya meninggalkan jabatan dan pekerjaan tetap saya di FIF itu sekarang mulai diuji dengan kurangnya uang seperti sekarang ini, tapi Tuhan menunjukkan kasih sayangnya secara nyata, tidak tau bagaimana kakak saya tercinta Tude Wirawan memberikan saya uang saku yang lumayan besar, sangat cukup untuk biaya pesawat Denpasar-Palu berdua bersama istri. Terimakasih kakak, semoga suatu saat nanti saya bisa membalas kebaikanmu ini.
di Bandara Ngurah Rai Bali.
Hari pertama samapai di Palu yang sebelumnya transit dulu di bandara Ujung Pandang, saya sudah dikejutkan dengan masih jauhnya lokasi tempat tinggal paman dari bandara, masih diperlukan perjalan 5 jam melewati hutan dan jalanan yang berliku naik turun bukit. Sampai di lokasi di RK Padang Sari, Kecamatan Balinggi Jati, kabupaten Parigi Mountong, kami terkejut lagi dengan sambutan saudara-saudara kami yang sudah puluhan tahun tidak pernah ketemu, suasana persaudaraan yang gembira dan penuh kesederhanaan menghiasi suasana itu.
Hari-hari berikutnya kami diantarkan paman mengunjungin saudara lain dari Bali yang juga transmigrasi disana, sangat terasa kesederhanaan dan keramahan mereka. Saya mulai mendengar cerita bagaimana perjuangan mereka ketika baru sampai di lokasi yang belum ada lahan pertanian, hanya hutan belantara yang memaksa mereka untuk bekerja keras mempertahankan hidup karena tidak punya pilihan lain. Hmm…mungkin kondisi ini yang membedakan mereka yang merantau dengan yang tetap tinggal di Bali. Mungkin mereka yang tidak merantau termasuk saya merasa aman dirumah karena masih melihat ada tanah yang bisa di jual kalau kepepet, atau masih melihat banyak saudara yang akan membantu bila saya mendapat musibah. Sangat berbeda dengan kondisi mereka yang merantau, mereka sama sekali tidak ada pilihan lain selain bekerja keras untuk mempertahankan hidup, mungkin ini yang membuat mereka menjadi kuat dan sukses. Yang berita kesuksesan mereka yang merantau terdengar sampai ke Bali, yang pada tahun 90an membuat saya bangga punya paman di Sulawesi, masih ingat juga dahulu keluarga saya sering dikirimi uang dari paman yang merantau Sulawesi.

Bersama paman dan cucu-cucunya di Sulawesi Tengah

Bila dibandingkan dengan kondisi Bali sekarang, yang katanya penduduk Bali terdesak oleh datangnya penduduk pendatang, begitu pula halnya dengan di Sulawesi ini. Paman menceritakan bagaimana penduduk asli Sulawesi terkesan tersingkir oleh datangnya orang Bali. Memang terkesan seperti penjajahan namun itulah yang terjadi, orang Bali datang dengan keahlian bertani dan bekerja keras. Sama sekali orang Bali tidak merasa menjajah, namun penduduk asli menjual tanah mereka demi uang orang Bali. Baru saya sadari kejadian serupa juga terjadi di Bali, banyak teman-teman di Bali merasa terjajah dengan datangnya pendatang, orang Bali menjual tanah mereka karena mengiginkan uang dari pendatang, kemudian mereka menyebut pendatang adalah penjajah. Padahal orang Bali dan saya sendirilah yang tidak mampu bersaing dengan pendatang. Masih mau menyalahkan  pendatang? Atau bagaimana kalo kita belajar dan berusaha lebih keras supaya tidak tersingkir?


Suasana makan yang sederhana tapi nikmat.
Namun seiring berjalannya waktu, para transmigran ini juga mengalami kendala, seperti keadaan paman saya sekarang yang ada sedikit masalah rumah tangga dengan anaknya yang mungkin salah satu pemicunya masalah ekonomi yang tidak sebagus dahulu waktu anak-anaknya masih kecil, yang membuat anak-anak mereka lemah karena dari kecil kebutuhan mereka terpenuhi tanpa harus bekerja keras seperti orang tuanya. Memang hasil pertanian dan perkebunan mereka yang awalnya bagus sekarang mulai terserang banyak penyakit, biaya obat-obatan dan pupuk meningkat sementara hasil pertanian dan kebun menurun yang membuat para petani merugi.

Namun terlepas dari masalah rumah tangga paman, saya dan istri mendapat banyak pengalaman berharga disini, kami jadi mendapat pelajaran yang tidak diajarkan di sekolah. Pengalaman mereka yang membuat kami lebih berhati-hati menjalani kehidupan, sehingga kesalahan yang telah dialami mereka tidak terulang pada kami. Selain itu kami jadi tahu ternyata di lokasi transmigrasi ini juga banyak terdapat tempat wisata yang tidak kalah indahnya dengan di Bali. Suasana pantai yang masih asri dan sedikit orang, sangat berbeda dengan pantai di bali yang dipenuhi orang.
Pantai Torue yang sepi pengunjung.
Tanpa terasa seminggu sudah kami lewati liburan ini di Sulawesi, saat ingin balik ke Bali terkendala lagi masalah harga tiket yang meroket, dari harga 900ribuan menjadi 2jutaan per tiket, ini mungkin pengaruh hari raya natal dan tahun baru. Sempat terpikir lewat jalur laut supaya lebih hemat yg saat itu hanya 600ribuan namun memakan waktu 3hari untuk sampai Denpasar, sementara istri harus sudah bekerja, sehingga kami putuskan berapapun harga tiket tetap harus kami beli.
Singkat cerita bertepatan dengan hari natal tgl 25 Desember 2011 kami mendarat di Bandara Ngurah Rai pada pukul 18:00 yang saat itu bandara dalam keadaan sembrawut karena dalam proses renovasi. Dan terimakasih buat Pak Nyoman Uthamayasa paman dari istri yang telah meluangkan waktu menjemput sehingga kami bisa menghemat biaya taxi. Hehee..





Masakan khas Sulawesi, ikan bakar sambal dabu-dabu

Bendungan Sausu yang baru diperbaiki





Kampung nelayan Pantai Tumpapa

Disekian banyak wanita, istriku yang paling cantik... @RK Padang Sari, Sulteng

hasil kebun Biji Kakao (coklat) yang baru di jemur


Terimakasih telah bersedia menua bersamaku darl, I Love You.  @ Pantai Tumpapa, Sulteng

Kamis, 15 Desember 2011

Meninggalkan istri

Saat diberitahu oleh Ibu untuk datang ke acara pernikahan saudara di Mataram tgl 7 Desember 2011, ada sebuah keraguan di hati, karena saya tidak terbiasa meninggalkan istri dirumah sendiri. Saya tidak boleh melatih istri terbiasa tanpa saya, dengan cara sering meninggalkannya. Ingin rasanya mengajak istri ikut, namun karena ikatan pekerjaannya membuat dia tidak bisa.
Beruntung saya dianugrahi Tuhan seorang istri yang sangat pengertian, dia mengijinkan saya untuk pergi bersama Ibu selama 4 hari ke Pulau Lombok, meskipun saya bisa melihat dimatanya kalo dia tidak mau berpisah dengan saya walaupun sehari (hehe..GR dikit..), namun dia juga ingin membahagiakan mertuanya, apalagi setelah dia melihat semangat Ibu mertuanya yang menggebu-gebu dan terlihat sangat antusias.
Pada tgl 5 Desember 2011 pukul 6.30 pagi saya dan Ibu ditemani Bumblebee yang selalu setia, kami berangkat menuju Pelabuhan Padangbai yang berjarak 45km dari rumah kami di Penarungan yg kami tempuh dalam waktu 1 jam dan jam 8 pagi kami sudah berada di atas kapal ferry untuk penyeberangan Padangbai-Lembar yang akan memakan waktu 4-5 jam di laut. Benar saja, pukul 12.30 kami sudah berlabuh di pulau Lombok, sebuah pulau yang sudah sering saya kunjungi. Sebuah pulau yang jalanannya dihiasi kotoran cidomo (kereta kuda dengan roda mobil) haha... hanya butuh waktu 30menit dari pelabuhan menuju rumah sodara kami di Jl. Gajahmada, Gg Citra warga, Pagesangan, Mataram, NTB. dan kamipun samapai ditujuan dengan selamat. Thanks God.


Tawa ceria Ibu setelah naik cidomo


Hari pertama disana saya sudah kangen dengan istri saya tercinta, namun  sedikit terobati karena melihat Ibu yg bergembira bisa jalan2 di Lombok naik cidomo, sayapun ikut bahagia melihat kebahagiaan beliau. Namun hari berikutnya saya dan Ibu mulai merasakan kebosanan, apalagi Ibu yang mengira akan banyak persiapan pernikahan yg bisa dia bantu seperti persiapan menikah orang Bali pada umumnya, namun kenyataannya sangat berbeda dengan budaya di Bali yang biasanya udah ada persiapan bahkan 1 bulan sebelum hari H. Sebuah budaya yg sangat berbeda, disana semua perlengkapan bisa di beli, jadi yang punya acara tinggal nunggu hari H semua sudah ada yang menyiapkan. hmm..sangat praktis bukan? mungkin ini salah satu alasan ada sebagian sodara saya di Bali takut menikah dengan alasan adat yang ribet, dan harus mempersiapkan dana puluhan juta dulu hanya untuk upacara saja, belum lagi dana untuk kelahiran dan upacara si anak nanti.

Perlengkapan serba beli, biar santai.
Bila upacara di Bali, bisakah ongkang2 kaki gini? hehe
hanya mengawasi orang kerja

Setelah menunggu 2 hari akhirnya hari H pun tiba, tenda sudah terpasang, dekorasi pun telah memenuhi rumah, sesajen telah siap, juga petugas katring telah siap dengan berbagai macam menu makanannya. Acara pertama di hari H ini adalah penjemputan mempelai wanita di rumahnya, acara yang telah ditunggu-tunggu oleh saya dan Ibu, karena kami juga ingi mengetahui rumah mempelai wanita. Namun karena tidak ada orang lagi dirumah, akhirnya saya mengalah dan memutuskan tinggal dirumah sendiri, tidak ikut kerumah mempelai. Namun karena sedikit kesalahan teknis, Ibu saya yang sudah siap ikut dari pagi malah ditinggal rombongan.. hiks.. wajah kecewa bisa saya lihat di wajah Ibu, bisa saya bayangkan sudah jauh-jauh datang dari Bali malah ditinggal rombongan, ingin rasanya saya antar Ibu tapi gimana mungkin, saya juga tidak tahu tempatnya. jadi tidak ada pilihan lain akhirnya saya dan Ibu hanya bisa menunggu rombongan datang.

usaha menghibur Ibu yang kecewa ditinggal rombongan.

Acara pernikahan pun berjalan dengan lancar, setelah pedanda (pendeta) memimpin upacara, acara resepsipun akhirnya selesai pada pukul 19.00 dan rumahpun kembali sepi. hanya tersisa peralatan yang sudah diongkar lagi oleh tukang dekorasinya. hmm...ini pengalaman tersendiri buat saya, ternyata selama ini saya hanya melihat uapacara pernikahan dari sudut pandang orang Bali saja, padahal saudara saya di Mataram ini juga orang Bali, namun mereka bisa membuat upacara yang simpel, tidak merepotkan warga lain. Membuat semakin jelas saya melihat perbedaan antara adat dan agama, karena di bali 2 hal ini sangat susah di bedakan, dan sudut pandang ini hanya bisa saya dapatkan apabila saya keluar dari Bali karena apabila saya di Bali terus, pengertian saya akan seperti katak dalam tempurung. Mungkin ini yang dimaksud "tuntutlah ilmu sampai ke negeri cina" yang akan membuat kita mendapat pengertian-pengertian baru. Karena ilmu membuat hidup kita menjadi mudah, agama membuat hidup menjadi terarah, dan cinta membuat hidup menjadi indah.
setelah lama ditunggu, pengantenpun tiba..

adat bali yang mulai modern

Sabtu, 26 November 2011

Dosa masa lalu

Seperti sebuah mimpi di siang hari, pikiran ini seolah-olah bertemu dengan seorang sahabat yang sangat saya kagumi. (sedikit lebay.. hehehee) Dia berada jauh di dalam hati saya, nasehat-nasehatnya sering sekali saya langgar, namun dia tetap sabar menemani kemanapun saya pergi. Maafkan saya selama ini sering mengecewakanmu sob..

Dalam kesendirian saya di siang ini, disaat perasaan bersalah di masa lalu mulai berdatangan ingin menyerang saya. Saya justru mengharapkan kehadirannya, kehadiran seorang sahabat hati yang sering saya abaikan dahulu ini. Sob..saya butuh kehadiranmu sekarang, saya benar-benar ingin bertanya dan mengharapkan jawabanmu bisa membuka pikiran saya. Memang terdengar sedikit gila bila ada yang liat saya bicara dengan diri sendiri seperti ini hehee, untunglah saat menulis ini saya sedang sendiri. Dan akhirnya dia muncul di depan saya, tanpa buang waktu saya langsung serang dia dengan pertanyaan pertama saya:

"sob, gimana cara melupakan kesalahan dan dosa saya di masa lalu?"

Dia malah tersenyum menatap saya dengan sinar mata  yang pemuh kasih sayang, dia tau semua perilaku  buruk saya di masa lalu. Padahal dia sudah berusaha berkali-kali ingatkan saya. Dia tau semua kesalahan saya, dia tau bila saya pernah menyakiti hati wanita, menghianati teman baik, sombong dan merasa diri sempurna, sering merendahkan orang lain dan banyak lagi perilaku buruk saya yang lainnya.
Dengan tersenyum penuh kedamaian dia pegang bahu saya dan balik bertanya kepada saya:

"bila seandainya waktu bisa di putar balik, apa yg akan kamu lakukan?".

Dengan cepat saya jawab,

"saya tidak akan melakukan kesalahan itu semua!"

seandainya dulu saya tau bila semua dosa saya di masa lalu itu akan mengejar dan seolah-olah akan menggigit saya sekarang, saya tidak akan melakukan hal-hal bodoh itu. Dia malah tertawa dan berkata:

"Sobatku Oka yg hatinya baik, waktu itu tidak bisa diputar balik!"

Jiaahhh... Katanya tadi 'seandainya' makanya saya jawab begitu.. Dengan sok benar saya membantahnya hehee. Kemudian dia melanjutkan menjelaskan kalo saya sebaiknya jangan pernah lupakan dosa-dosa dimasa lalu itu. Lo kok bisa??, yang saya tanyakan solusi..bukan melarang saya bertanya. gimana sihh!!. Dia diam dan tersenyum seolah-olah mengijinkan saya menang. Sy terdiam sebentar sambil berpikir, kenapa saya membantah nasehat baiknya, padahal saya yang minta nasehat. Kok malah saya jadi orang pertama yang membantahnya ya? Grrr... Alangkah bodohnya diri ini. Kemudia saya memutuskan untuk berusaha mendengarkan dan berusaha tidak membantah lagi.
Dia melanjutkan menjelaskan bahwa saya tidak boleh lupakan dosa di masa lalu, malah sebaiknya saya harus tetap ingat supaya saya tidak mengulanginya lagi. Yang tidak perlu ada adalah rasa sakit yang ditimbulkan dari kesalahan masa lalu itu, karena semua kejadian dimasa lalu itu telah membuat saya lebih baik sekarang, jadi mungkin harus saya syukuri kejadian-kejadian itu pernah terjadi dan semoga tidak terulang kembali. Dia juga ingatkan "seberapa buruk pun diri saya di masa lalu, masa depan saya masih suci" hmmm.. Masuk akal juga ya.
Kemudian dia melanjutkan menjelaskan, buat apa kita susah-susah berusaha memperbaiki masa lalu yg memang tidak mungkin diperbaiki itu, sementara yang kita lakukan sekarang membangun masa lalu yang lebih buruk lagi di masa depan. Ya ampunn.. Sebuah pemikiran yang rumit bagi otak saya yang pas-pasan ini, hehee.. pelan-pelan saya coba ikuti dan berusaha mengerti dan akhirnya sangat setuju.
Merasa puas dengan pertanyaan pertama, saya kemududian siapkan pertanyaan kedua untuk saya lontarkan padanya:

"Trus..bagaimana cara mengubah pendapat mereka yang terlanjur tau kesalahan saya di masa lalu, terlanjur sakit hati dan mungkin dendam pada saya. padahal sekarang saya ingin berubah?"

Dia tersenyum dan menggelengkan kepala, saya pikir dia tidak akan ada solusi dari pertanyaan ini. namun saya salah, dia menggelengkan kepala ternyata karena dia kasihan dengan pola pikir saya hiks.., dengan sabar dia mulai menjelaskan lagi:

"jangankan mengubah pendapat orang lain, bukankah merubah pendapat diri kita sendiri saja tidak gampang? bagaimana kalau kita perbanyak kebaikan kita kepada lebih banyak orang sehingga 10 orang yang menganggap kita jahat itu dikalahkan oleh pendapat 1000 orang yang tau kalau kita orang baik."

Ya ampun..tidak terpikirkan oleh saya sebelumnya, ternyata selama ini saya berfokus bagaimana memperbaiki masa lalu yang tidak mungkin untuk diperbaiki. padahal saya bisa mencurahkan perhatian dengan melakukan hal-hal baik hari ini untuk memperbaiki masa depan. hehee.. Ok lah kalau begitu. Seolah-olah dia tau apa yang saya pikirkan, dan kesombongan mulai timbul dalam diri saya, sambil tersenyum dia menambahkan:

"kita menilai diri kita dari yang kita pikir bisa kita lakukan, tapi orang lain menilai kita dari yang sudah kita lakukan"

Wow.. kata ini telah menjawab keraguan saya selama ini, pantas bila saya tidak dipercaya. selama ini saya sering menyalahkan mereka yang tidak percaya pada saya, ternyata saya sendirilah yang memberi alasan kenapa saya tidak bisa dipercaya.  semoga mulai hari ini saya bisa memperbaiki diri sendiri sehingga pantas dipercaya orang.
Terimakasih banyak sob.. tetaplah berada di dalam hati saya. I Love You So Much

Mendaki Gunung Batur 1 Januari 2002



Kamis, 24 November 2011

Bangga menjadi orang Bali

Hari ini adalah hari yang melelahkan bagi tubuh saya yang sudah melewati masa mudanya, hehee..meskipun ga kelihatan tua sih. Dari jam 4 pagi dibangunkan alarm agar saya siap-siap ngayah (kegiatan adat di Bali), 7 ekor babi, 1 ekor anjing dan puluhan ekor ayam dan bebek telah siap dipotong. hmm.. adat di kampung ini memang masih kental, sedikit berbeda dengan perkotaan yang lebih modern.

Namun ada beberapa hal yang mengganggu pikiran saya. Dalam ramainya kegiatan ngayah hari ini,  saya mendengar ada sedikit keluhan saudara-saudara yang merasa keberatan dengan kegiatan adat semacam ini. Di satu sisi orang Bali ingin mempertahankan budaya yang telah membuat Bali terkenal ini, namun di sisi lain, terutama saudara-saudara yg kekurangan dalam materi terlihat terpaksa melakoninya karena anak mereka belum beli buku, belum bayar sekolah namun mereka tidak bisa bekerja karena terikat oleh adat ngayah ini.

Di sisi lain, mereka disuguhkan pemandangan dimana para pendatang yang berhasil jadi pengusaha di Bali, mondar-mandir di jalanan dengan mobil mewahnya. Sedangka mereka sibuk mempertahankan adat, bahkan sulit bekerja untuk menghidupi keluarga.

Yang lebih menyedihkan bagi saya, ada saudara yang sampai rela berhutang karena rasa malu apabila tidak melakukan adat ini. Bisa dibayangkan, untuk upacara ngaben (kematian) bisa menghabiskan dana puluhan juta, sementara rata-rata penghasilan mereka tidak lebih dari 2juta sebulan. Itupun dalam pekerjaan mereka kadang harus sering bolos meninggalkan pekerjaan.

Tidak heran bila ada saudara saya yang bahkan rela menjual tanah warisan leluhur mereka dengan alasan biaya upacara. Oh my God.... Sungguh membuat hati ini miris melihatnya.
Teringat juga dulu waktu saya masih berprofesi sebagai karyawanpun harus rela mengambil cuti untuk kegiatan-kegiatan seperti ini, padahal cuti tersebut mungkin bisa saya ambil untuk berlibur dengan keluarga tercinta.

Sebagai bagian dari masyarakat Bali yang saya cintai ini, sama sekali tidak ada maksud untuk menjelekkan budaya yang indah ini. Saya juga tidak begitu menguasai perbedaan antara Agama dan Adat, saya sering mendengar kegiatan semacam ini adalah kegiatan Agama. Padahal menurut pengertian sederhana saya Agama dan Adat itu tidak sama, Agama=wahyu Tuhan sedangkan Adat/Budaya=buatan manusia. Bagaimana mungkin kegiatan Agama justru malah membuat saudara saya berhutang? Adakah yang salah?


Saya sadar mungkin apa yang saya tulis sekarang akan ada pihak-pihak yang tidak setuju dengan yang saya sampaikan ini. Karena ini menyangkut masalah sosial yang sensitif.  Teringat sebuah artikel di Bali Post, disampaikan oleh Gubernur Bali Bapak Mangku Pastika, bahwa mayoritas masyarakat Bali tidak pede, apalagi jika harus tampil kedepan bersuara. hahaa..saya sangat setuju dengan pernyataan beliau ini, karena saya sendiri salah satunya. Itu sebabnya hal yang mengganggu pikiran saya ini saya coba keluarkan melalui tulisan di blog ini. Namun sama sekali tidak ada niat saya untuk berdebat, harapan saya kedepannya masyarakat Bali bisa semakin cerdas, santun, jujur dan semakin sejahtera.

Saya bangga menjadi masyarakat Bali, Sebagai orang Bali yang memiliki nama I Made Oka Widnya.
Saya juga merasa bersyukur Tuhan memberikan Bali sebuah keunikan budaya, alam yang indah, pantai, makanan,  tarian, keramah tamahan orangnya, dan keseniannya yang tiada taranya.

Hal ini memang enak, tetapi dalam jangka panjang saya kawatir bisa mengurangi daya saing masyarakat Bali secara nasional atau internasional. Semoga masyarakat Bali terus belajar, menjadi lebih pandai, menjadi pekerja yang ulet, atau menjadi pengusaha yang baik.
model pakaian adat ringan Bali.
pakaian adat berat bersama istri tercinta.

Sabtu, 08 Oktober 2011

Buktikan tidak mungkin..


Hari Sabtu ini adalah hari yang sama baiknya dengan semua hari dalam minggu ini, teringat juga sanjungan dari istri yang sering katakan kalau buat saya setiap hari itu minggu.. haha..saya sangat senang dengar sanjungan ini. Yang saya yakini setiap hari itu baik, bila tetap bersyukur dan ikhlas menjadikan diri saya keuntungan bagi orang lain. Terimakasih Tuhan.
Pagi ini seorang guru yang sangat saya kagumi karena keberaniannya memberitahu saya bahwa “semua yang tidak mungkin harus dibuktikan tidak mungkin!”. Oaalaahh.. dasar guru gendeng.. untuk apa saya susah-susah membuktikan yang jelas-jelas sudah tidak mungkin, memangnya saya kurang kerjaan ya? Hehe..
Namun tidak mungkin beliau nasehatkan ini, bila ini tidak baik buat saya, mungkin pengertian saya yang harus saya perbaiki. Perlahan-lahan saya renungi nasehat ini, kemudian saya coba hubung-hubungkan dengan kehidupan saya sekarang, ternyata saya sedang dalam proses itu. Di saat semua teman kantor dulu menganggap tidak mungkin saya berani keluar dari tempat kerja dengan gaji yang pasti dan masa depan yang terjamin. Namun ternyata saya memilih untuk membuktikan yang tidak mungkin ini. Dan saya berhasil buktikan ternyata memang sampai sekarang saya belum punya penghasilan  hehe… tapi herannya saya masih bergembira, mungkin karena saya merasa berhasil membuktikan itu “tidak mungkin”. Trus apa keuntungan nasehat ini? Saya sebetulnya tidak tahu bila itu tidak mungkin, seandainya saya tahu itu “pasti” tidak mungkin, “pasti” saya tidak memilihnya. Ada juga yang bilang masa depan itu tidak pasti, bila masa depan tidak pasti, berarti semuanya mungkin. Pemikiran sederhana saya melihat dalam proses pembuktian “tidak mungkin”  ini ada 2 kemungkinan yang akan terjadi dan keduanya menurut saya keuntungan, yaitu:
  1. Ternyata yang tidak mungkin itu terbukti mungkin.
  2. Bila terbukti tidak mungkin, saya tidak akan sakit hati karena dari awal sudah tau memang tidak mungkin.
Banyak orang pemikirannya malah terbalik yaitu “ingin membuktikan yang tidak mungkin itu MUNGKIN” pantas bila kemungkinan gagalnya besar. Mungkin itu alasan kenapa banyak orang yang stres bila keinginannya yang tidak mungkin itu dianggapnya mungkin. Stress yang disebabkan oleh kemampuan yang lebih kecil dari keharusan-keharusannya yang besar. Nasehat dari guru ini ternyata sebuah pemikiran yang sangat logis, otak sederhana saya mulai bisa menerimanya. Mulai sekarang saya berusaha menyenangi menjadi pribadi yang bisa membuktikan bahwa saya tidak bisa. Disaat semua orang berjerih payah membuktikan dia bisa. Karena bila saya berhasil membuktikan saya tidak bisa, tidak bisapun saya bergembira (horee…berhasil..) hehe… tetapi dalam proses pembuktian ini semoga saya banyak berhasil, karena saya berusaha mendekati keberhasilan dengan semangat yang juga menyambut kegagalan.

Kata orang ini tidak mungkin, ayo buktikan!

Jumat, 30 September 2011

A friend for your happiness

Anakku di tangan Tuhan
Banyak orang bertanya kepada saya, “Kok belum punya anak?”, awalnya saya bingung harus jawab apa. Kemudian mereka dengan bergaya bijaksana menasehati saya “Kekayaan yang utama itu anak! Buat apa banyak uang tapi tidak punya anak?” ya ampunn… ada juga yang bilang “Nanti bila kamu tua, yang ditanya itu bukan berapa mobilmu, tapi berapa anakmu!” apalagi ada teman yang berteori tentang keburukan kehidupan bila tidak adanya anak, memangnya anak bisa di beli di supermarket ya?. Ada juga sahabat baik saya menasehati “sabar, kamu belum dikasi kepercayaan sama Tuhan!” kok kesannya saya ini orang yang tidak bisa dipercaya ya.. ternyata gelapnya hati ini membuat saya menolak nasehat baik.
Pada awalnya saya dan istri merasa beban dengan pertanyaan-pertanyaan seperti ini, kami seperti merasa dituduh belum adanya anak dalam keluarga kami adalah keinginan kami. Apalagi setelah kejadian operasi kuret (pengguguran kandungan) yang dialami istri yang membuatnya sangat bersedih. Aneh ya, pasangan yang ingin punya bayi malah menggugurkan kandungan? Kejadian ini sudah setahun berlalu, pada awal kehamilan kami benar-benar gembira, karena kehamilan yang kami tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Meskipun dibarengi dengan sakitnya perut istri yang membuatnya terpaksa bedrest tidak bisa beraktifitas hampir sebulan lamanya. Setelah memasuki kehamilan bulan ke-4 kami mendapat berita mengejutkan dari dokter kandungan, kalau ternyata ada kelainan pada janin yang dinyatakan tidak bertumbuh dan harus dilakukan proses pengguguran karena bila dibiarkan bisa mengancam kesehatan istri saya. Sebuah keputusan yang sangat sulit bagi saya, di satu sisi saya sangat menginginkan bayi, disisi lain janin itu harus digugurkan. Apalagi dari pihak keluarga yang memiliki keyakinan berbeda dan tidak percaya keputusan dokter karena melihat kondisi istri saya yang kelihatan baik-baik saja. Tapi saya lebih percaya dokter daripada mereka.
Saya bisa merasakan betapa pedihnya kenyataan ini bagi istri saya, saya menyaksikan betapa istri saya sangat terpukul dan menangis berhari-hari karena kejadian ini. Matanya yang bengkak karena terlalu lama menangis membuat saya berpikir, harus ada seseorang yang kuat yang bisa menjaganya. Saya tidak boleh ikut larut dalam kesedihan ini. Memang  sebuah kenyataan yang membuat hati saya juga menangis, tapi saya merasa bertanggung jawab atas derita ini, itu sebabnya saya berusaha tampil tegar di depan istri dan keluarga. Sesakit-sakitnya dalam hati saya, diluar saya harus bisa tersenyum, minimal senyum saya bisa membahagiakan istri dan orang yang melihat saya. Bagi saya pribadi kejadian ini sangat luar biasa, saya merasa disinilah titik balik hidup saya. Dari seorang pribadi yang merasa diri sempurna, akhirnya harus belajar melihat ke dalam. Semenjak saat itu saya mulai tertarik mempelajari kehidupan ini, apa yang sesungguhnya saya cari dalam hidup ini, kebahagiaankah?
Awalnya saya sempat berpikir Tuhan itu tidak adil, saya merasa sudah berbuat baik dalam hidup ini, tapi kenapa orang tidak baik dikarunia anak. Saya juga mengira akan bahagia bila sudah punya anak nanti. Beruntung saya bertemu seorang guru yang mengingatkan saya kalau saya sedang salah, ternyata saya sedang mensyaratkan kebahagiaan saya. Saya mensyaratkan punya anak dulu baru bahagia. Berarti kebahagiaan itu ada diluar diri saya, padahal kebahagian sesungguhnya ada di dalam hati saya. Ternyata kebahagiaan itu ada disini, saat ini dan dengan cara membahagiakan orang lain (inspirasi judul blog ini “a friend for your happiness”). Kemudian saya mulai belajar mensyukuri apapun yang terjadi dalam hidup ini, bersyukur masih punya kaki sementara banyak orang tidak bisa berjalan, bersyukur saya bisa bernapas dengan bebas padahal ada orang di ICU yang sulit bernapas, bersyukur saya punya mata yang bisa melihat padahal ada orang yang rela bayar milyaran rupiah untuk hanya bisa melihat. Keraguan saya akan ketidak adilan Tuhan mulai terjawab.  Saya mulai bisa melihat hal-hal kecil yang disyukuri ternyata bisa membuat saya bahagia. Ternyata benar yang dikatakan guru saya bahwa “bukan kebahagiaan yang membuat kita bersyukur, tapi kemampuan untuk mensyukurilah yang membuat kita bahagia.”

a friend for your happiness
Ada juga sahabat yang mengingatkan saya untuk tidak meragukan sifat-sifat Tuhan. Memangnya saya ragu? Ternyata iya. Sebelumnya saya meragukan sifat “maha penyayang” Beliau, padahal tidak ada niatNya selain memuliakan saya. Ini memang bukan sesuatu yang bisa di teorikan, karena hanya yang betul-betul mengalami bisa merasakan. Mungkin ada dalam kejadian ini Beliau ingin biar saya dan istri menjadi lebih pengasih, lebih penyayang bukannya malah menyesali kekurangan. Bila kejadian ini tidak terjadi, mungkin saya akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak seperti sekarang. Thanks God…

Tuhan, ini berat buat saya, tapi saya akan tetap coba.. kalau nanti saya harus gagal, saya gagal di jalanMu.

Rabu, 28 September 2011

Menjadi karyawan atau pengangguran.


Bila pertanyaan ini saya tanyakan pada sahabat-sahabat baik saya, mungkin sudah pasti semua menjawab ‘menjadi karyawan’. Itu sebabnya semua sahabat dan saudara dekat saya tidak mendukung saat saya memilih jadi pengangguran. Saya sendiri menganggap pilihan ini pilihan orang idiot.. hehe.. but it's my life.

Nikmatnya jadi karyawan
Kemudian apa yang terjadi bila pertanyaan ini saya rubah menjadi “pilih jadi karyawan atau pengusaha?” hmm… mungkin saya akan dapat jawaban yang beragam. Bagi mereka yang sukses sebagai pengusaha, mungkin jawabannya beda dengan orang yang pernah gagal jadi pengusaha dan hidup tenang dan terjamin sebagai karyawan.
Saya yakin setiap orang mempunyai pilihan yang berbeda dalam hidupnya dan seorang sahabat baik  pasti menghormati perbedaan pilihan-pilihan sahabatnya, dan bahkan akan membantu sahabatnya berbahagia dalam pilihan-pilihannyaitu.
Kemudian bagaimana bila pertanyaan saya rubah lagi menjadi:

Apa yang saya inginkan?
Jika yang saya inginkan adalah kekayaan dan keamanan, mungkin saya tidak perlu berhenti dari pekerjaan saya sebagai karyawan. Saya juga dapat menjadi kaya melalui jalur karyawan. Saya banyak melihat karyawan yang sukses menikmati gaji dan fasilitas yang memungkinkan mereka hidup mewah. Mereka juga bisa menabung, bahkan memutarkan kelebihan uang ke saham, properti dan franchise. Terlihat sangat jelas pendapatan mereka jauh lebih baik daripada pemilik usaha kecil. 

Trus, kenapa saya berhenti jadi karyawan?
Setelah hampir 6 tahun merasakan nikmatnya jadi karyawan, saya merasa ada dua hal yang kurang dalam hidup saya.
·        Yang pertama adalah waktu. Saya ingin menentukan waktu saya sendiri. Sebagai karyawan saya terikat waktu kerja. Apakah jadi pengusaha bebas waktu? Tentu tidak, saya tau ini bukan berarti jadi pengusaha bebas dalam waktu. Bahkan saya sering melihat pengusaha yang di kala sibuk, mereka bekerja 18 jam sehari dan 7 hari seminggu. (Oh! Ini lebih buruk daripada jadi pengusaha dong??). Betul, namun sebagai gantinya, di waktu senggang, mereka bebas mengunakan waktu. Mereka  bebas jalan-jalan bersama keluarga dan teman-temannya.
·        Yang kedua adalah kebebasan …Kebebasan disini bukan berarti bebas bersantai semaunya, yang saya perhatikan pengusaha itu bebas membuat keputusan. Mereka tidak perlu meminta izin atasan. Trus apa dampaknya? Memang dampak yang sangat berbeda, sebagai karyawan bila saya melakukan kesalahan, perusahaan akan menanggung kesalahan saya. Namun sebagai pengusaha, bila saya yang melakukan kesalahan berarti saya sendiri yang akan menanggungnya. Enak kan jadi karyawan? Melakukan kesalahanpun yang rugi perusahaan, bukan kita hehe.. tapi, ini hal yang saya suka, saya ingin belajar menjadi pribadi yang menyalahkan diri sendiri atas lemahnya lingkungan, bukan menyalahkan semua kecuali diri sendiri.
Jadi, mana yang lebih baik, menjadi karyawan atau pengusaha?
Sebagai manusia yang punya kebebasan memilih, saya merasa berhak memilih jalan hidup saya. Jika saya menginginkan kekayaan, keamanan dan rutinitas, hidup yang tidak banyak berubah, menjadi karyawan sudah cukup. Apalagi lingkungan saya sendiri terdiri dari lebih banyak berprofesi sebagai karyawan dan banyak teman saya menginginkan kehidupan seperti ini. Jadi, bila saya tetap jadi karyawan minimal saya tidak sendiri. Hehe.. Namun, ternyata saya menginginkan waktu, kebebasan dan petualangan, maka  saya mungkin perlu memikirkan cara-cara menjadi seorang pengusaha yang baik.

Kado dari istri tercinta
Bersyukur sekali saya di anugrahkan Tuhan seorang istri yang sangat mengerti saya, dia selalu mendukung saya terhadap apapun pilihan saya. Meskipun saya merasakan penolakan di dalam hatinya saat awal saya memutuskan untuk berhenti jadi karyawan dan menjadi pengangguran, namun saya yakin rasa sayangnya pada diri saya mengalahkan penolaknnya itu dan kemudian mendukung keputusan saya. Thanks Darl...
Sebagai wujud dukungan istri atas keputusan saya, pada ultah saya yg ke-30 tgl 15 Agustus 2011 saya mendapat kado spesial yaitu buku “A Gift From A Friend” yang ditulis oleh Merry Riana.

Apa yang ada dalam buku ini?
Hampir 2 bulan berlalu setelah saya dapat hadiah buku ini, namun saya belum juga membacanya. Hehe… saking sibuknya bersenang-senang.. (orang pintar terlalu serius, orang idiot suka bersenang-senang) hmm… semakin kelihatan ya.
Sebelumnya, saya tidak begitu tau siapa Merry Riana, sampai pada saat saya menulis blog ini saya baru saja selesai membaca buku hadiah ultah ini. Wow, dari lubuk hati yang paling dalam saya ucapkan “Buku ini sangat luar biasa…!” sangat menginspirasi dan memberi semangat yang dasyat, pantas bila buku ini menjadi buku best seller.
Dalam buku ini diceritakan perjalanan hidup seorang Merry Riana dari seorang gadis biasa yang merantau di Singapura, belajar di negeri orang dengan segala keterbatasannya tetapi berhasil menjadi menjadi miliarder pada usia 26 tahun. Kalimat-kalimat dalam buku ini sangat sederhana sehingga mudah dimengerti oleh otak saya yang pas-pasan ini. Saya suka sekali dengan gaya bahasa Merry yang bisa memberi motivasi tanpa saya merasa di gurui. Dia berbagi bagaimana cara dia memandang hidup. dan dalam buku ini mengajarkan saya tentang pelajaran hidup, semangat, kerja keras dan kasih sayang. Sangat mencerahkan.. Namun satu hal yang saya kurang setuju adalah harga buku ini terlalu murah dibanding dengan pengalaman yang sudah dilalui oleh Merry Riana.
Buku "A Gift From A Friend" oleh Merry Riana

Jumat, 23 September 2011

Hukum Ketertarikan


 
baca buku ditemani nescafe dingin (bukan iklan..)
Secara tidak sengaja, saat browsing di internet saya berkenalan seorang mahasiswa yg ada di Jakarta. Dia punya lapak jualan komik bekas, berhubung saya tidak terlalu suka komik ternyata dia ada koleksi buku motivasi bekas juga. Melihat harganya yang murah dan terjangkau bagi kantong seorang pengangguran seperti saya, akhirnya saya beli bukunya.
Judul bukunya adalah “Law of Attraction : Mengungkap Rahasia Kehidupan” yang di tulis oleh Michael J. Lossier, berbeda dengan buku “The Secret” karangan Rhonda Byrne yang sudah sering saya dengar dan banyak sahabat2 yang membicarakannya. Buku ini malah belum pernah saya dengar sebelumnya tapi setelah googling ada yang bilang buku ini pernah jadi best seller no. 1 di Canada. Hmm…semakin tertarik untuk mengetahui apa isinya.
Rasa syukur saya rasakan lagi ternyata dengan berhentinya saya “sementara” dari kesibukan pekerjaan sebagai karyawan, memberikan saya banyak waktu untuk hobi baru saya yaitu membaca buku. Hobi yang saya tinggalkan saat jadi karyawan hehe.. 
Dalam buku ini dijelaskan dengan rinci bahwa ada getaran hebat yang sedang bekerja dalam diri kita, seperti sebuah magnet yang mampu menarik benda-benda yang kita dambakan dan menolak apapun yang tidak kita inginkan (kontras).  Namun tidak semua orang termasuk saya menyadari dan bagaimana menggunakannya dengan baik.
2 buku sejenis

Setelah baca buku ini terasa ada sedikit penyesalan dalam diri, kenapa saya tau ilmu ini baru sekarang? Coba saya tau dari 10tahun lalu, mungkin kualitas hidup saya jadi lebih baik dari sekarang.. hehe.. (teringat pesan sahabat lama saya, “penyesalan itu baik, tanda kualitas lebih baik masih mungkin”, tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri)
Sebelum baca buku ini, saya tidak sepenuhnya percaya bahwa kekuatan alam semesta itu benar-benar ada, namun setelah saya baca landasan ilmiah dari hukum ketertarikan ini, saya jadi teringat pelajaran saya waktu kuliah dulu di fakultas Teknik Elektro yaitu tentang energi dan atom. Ada hubungannya ya? Saya tidak menyangkan teori ilmiah yang saya pelajari dulu yang hampir saya kira tidak berguna ternyata adalah landasan ilmiah bagi ilmu psikologis seperti ini. Seperti semua materi di dunia ini terdiri atas atom yang memiliki inti yang dikelilingi oleh elektron dengan tingkat energi tertentu yang menjaga stabilitas atom tersebut. Jika semua atom berada pada sisi sejajar, mereka akan saling menarik satu sama lain ke satu arah yang sama. Hmm.. ternyata hukum ini bukan sebuah khayalan atau mantra modern. Ini adalah bukti bahwa setiap atom dalam dunia batin dan ragawi senantiasa merespon dan taat pada hukum alam yang hakiki itu.

Definisi sederhana dari hukum ketertarikan ini yaitu:

Segala sesuatu yang saya pikirkan dengan segenap perhatian, energi dan konsentrasi pikiran, baik hal positif maupun negatif akan datang ke dalam kehidupan saya.

Dari definisi diatas, ternyata hukum ketertarikan akan merespon getaran apapun yang kita pancarkan dengan mendatangkan getaran yang lebih banyak, tak peduli apakah getaran itu positif atau negatif. Hukum itu semata-mata hanya merespon getaran kita. Bahkan pada detik saya menulis di blog ini juga, suasana hati atau perasaan yang ada di dalam hati saya pasti memancarkan getaran tertentu, entah positif atau negatif.

contoh perasaan yang menimbulkan getaran positif dan negatif
emosi posif dan negatif tidak bisa berbaur, salah satunya pasti lebih dominan. jadi harus dipastikan pikiran didominasi oleh pengaruh pikiran positif.
Pada bab berikutnya saya mendapat pengertian baru, bahwa ternyata pemakaian kata-kata dalam kehidupan sehari-hari  merupakan faktor terpenting dalam proses ketertarikan sadar. Mengapa kata-kata penting? Sebagai contoh saat ada yang mengatakan “jangan memikirkan handphone,”  ternyata dengan serta merta saya malah memikirkan handphone. Pikiran saya secara otomatis menghapus kata “jangan”, “tidak” atau “dilarang”. Pada saat saya menggunakan kata jangan, tidak, atau dilarang, sebenarnya saya mencurahkan perhatian dan energi penuh pada sesuatu yang tidak saya inginkan. Oleh sebab itu, saya harus bertanya “Jadi, apa yang saya inginkan?”
badan saya kurus..!!
Namun yang unik dalam hukum ketertarikan adalah hukum ini tidak merepon kata-kata, dia hanya merespon perasaan. Jika saya menyatakan  sesuatu yang tidak benar atau nyata, saya akan memancarkan getaran negatif sebab saya sendiri meragukannya. Seperti contoh saat saya katakan “badan saya ramping dan berotot”, sementara kenyataan badan saya gendut, perasaan saya akan menyanggahnya dan getaran yang terpancar dari diri saya adalah getaran keraguan, yang akan direspon oleh hukum ketertarikan dengan memberikan getaran yang sama negatifnya. Jadi dalam buku ini saya diajarkan untuk selalu berperasaan positif, sehingga direspon positif juga oleh alam semesta yang hakiki ini.

Secara garis besar, ada 3 tahap dari prinsip-prinsip Hukum Ketertarikan ini, yaitu:
  1. Kenali hasrat keinginan anda.
  2. Berikan Perhatian pada hasrat itu.
  3. Biarkan dia menjelma nyata.

Selain itu, dalam buku ini juga dijelaskan antara lain :
  1. Apa yang dimaksud dengan kontras dan frekuensi getaran?
  2. Apakah pikiran negatif yang selalu muncul dalam pikiran kita dapat diubah sekejap waktu dengan penggunaan kontras?
  3. Bagaimana cara mereset pikiran negatif kita menjadi positif?
  4. Bagaimana cara mengetahui apa yang benar benar kita inginkan dalam hidup?
  5. Bagaimana cara mengetahui bahwa pikiran positif anda sudah tertanam baik dengan menggunakan konsep gelembung getaran?
  6. Mengapa dan bagaimana kata kata yang anda ucapkan sehari hari dapat mempengaruhi hidup anda setiap waktu?
  7. Bagaimana cara menghindari pengaruh negatif dari orang orang dan lingkungan di sekitar anda?
  8. Apa saja bukti bukti prinsip ketertarikan tak sadar yang sudah sering terjadi dalam hidup kita?
Semuanya lengkap dijelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti. Tidak hanya itu, masih banyak pelajaran yang bisa didapat dari buku kecil 196 halaman ini. Bila ada sahabat baik saya yang tertarik membacanya, dengan senang hati akan saya pinjamkan buku ini.. indahnya berbagi….

Rabu, 21 September 2011

Traveling Lombok


Pelabuhan Lembar, Lombok
Terimakasih kepada Tuhan, cita-cita saya mengajak istri traveling akhirnya terpenuhi. Seorang guru pernah ingatkan saya “Kalau masih muda ga mau traveling karena mau hemat, pas udah tua udah ga kuat berangkat”.
Sebelumnya saya heran melihat orang-orang barat menghabiskan waktu dan uang hanya untuk liburan di Bali. Apa yang mereka cari? Susah-susah ngumpulin uang setahun hanya untuk dipakai liburan seminggu. Pendapat saya, daripada uang habis buat traveling mending uangnya ditabung aja untuk hari tua! Atau untuk besedekah kepada yang kurang mampu!
Sebuah pemikiran yang logis, dan saya merasa diri benar dan menganggap mereka yang traveling itu salah. .. haha. Kemudian saya diingatkan lagi oleh seorang sahabat baik saya. Dia tanyakan ke saya “apa yang membuatmu yakin, mereka yang traveling belum menabung untuk masa depannya? Belum bersedekah yang banyak?” hmm.. iya juga ya.. ternyata saya mendahulukan pikiran buruk ya. Dia menambahkan lagi “bagaimana kalo kita menambah penghasilan? Bukan hanya berhemat!. Karena efek samping dari berhemat adalah membuat kita membiasakan diri dengan penghasilan yang sedikit. Bukan berfokus pada bagaimana menambah penghasilan.”
Wahh..ternyata selama ini saya hanya merasa benar, dan kesalahan ini saya lakukan dengan keyakinan bahwa yang saya lakukan benar. Haha.. terimakasih sudah diingatkan sobat.
Ada pepatah juga yang mengatakan “Belajarlah sampai ke negeri Cina”. Pertama dengar pepatah ini saya tertawa dalam hati.. ngapain jauh-jauh ke Cina? di Bali aja banyak sekolah bagus kok..ngabis-ngabisin uang aja..ternyata lama-lama saya pikir pepatah ini ada benarnya juga, saya ga mungkin bisa melihat Bali kalau saya tidak keluar dari Bali. Saya tidak akan bisa melihat kekurangan-kekurangan sampai saya belajar ke luar. Seperti kita tidak bisa melihat gunung apabila kita berdiri diatasnya. Mungkin inilah alasan saya berjanji dalam hati,suatu saat saya harus traveling bersama istri.
Pantai Malimbu, Lombok

Traveling pertama ini dimulai pada tgl 16 september 2011 pada pukul 24:00 tengah malam. Kenapa tengah malam? Iya karena saya rencanakan sampai di Pulau Lombok di pagi hari, karena perjalan dengan kapal ferry saya perkirakan 4-5 jam dan dari denpasar sampai pelabuhan Padang Bay 1 jam. Dan sesuai perkiraan, pada pukul 6 pagi kami telah sampai di pelabuhan Lembar, Lombok.
Tujuan pertama kami adalah ke rumah paman di Mataram, tepatnya jl Gajah Mada, Pegesangan. Untuk melepas lelah dan makan pagi gratis disana, kemudian kami lanjutkan perjalanan menuju obyek wisata senggigi, pantai Malimbu, daerah Pemenang rencana menyeberang ke Gili Terawangan tapi karena istri ga berani nyeberang dengan kapal kecil akhirnya kami lanjutkan menyusuri hutan pusuk dan sampai lagi di kota Mataram dan mampir di Mataram Mall. Rasa lelahpun menghampiri tubuh kami yang memang belum sempat tidur dari hari kemarinnya karena istri tidak bisa tidur di dalam kapal ferry, akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke rumah paman dan istirahat tidur sampai sore.
Teringat permintaan dari temannya istri untuk membelikan kaos lombok, dengan bantuan GPS sore itu kami berangkat lagi ke MGM Plaza di Cakranegara kemudian pulangnya kami mampir di perayaan ulang tahun kota Mataram di lapangan mataram.
Keesokan harinya yaitu tgl 18 september 20011, saya mendapat pesan BBM dari ketua BRC BALI Goes Sandi, kalau rombongan touring BRC sedang menginap di Wisma Nusantara di Jl Beo, Cakra. Kebetulan istri mau menemani, akhirnya kami bertemu rombongan teman-teman BRC BALI yang sedang touring di lombok.
Bersama ketua BRC BALI (Goes Sandi) sedang touring di Mataram
Merasa sudah cukup travelingnya, pada pukul 9 pagi kami memutuskan balik ke Bali, dan pada pukul 3 sore kami sudah sampai di Pesinggahan Goa Lawah untuk makan siang. Dan traveling ke pulau Lombok pun berakhir dan kami tiba di rumah dengan selamat..thanks God.. banyak sekali pengalaman yang unik dan tak terlupakan di pulau itu, semoga masih ada waktu untuk traveling berikutnya..

GPS siap menuntun
Angkutan tradisional Lombok (cidomo)
makan gratis di rumah paman



guide gratis dari tukang es krim
Diatas Ferry Padangbay-Lembar
Pinggir hutan Ousuk
keponakan yang aneh
penginapan gratis di Mataram
kelaparan di Pesinggahan, klungkung
Mandi salju setelah tugas berat
Bumblebee siap touring lagi..