Kamis, 25 Agustus 2011

Orang Idiot

Orang pintar terlalu serius, orang idiot suka bersenang-senang.
Semenjak memutuskan untuk keluar dari tempat bekerja, hampir semua sahabat baik saya tidak setuju. Jabatan sebagai CAC (Credit Analist Coordinator) di PT. FIF (Federal International Finance) sangat membanggakan buat saya. Sebagai mantan kolektor yang telah bekerja dari tahun 2005 yang biasa dikejar target akhirnya bisa menduduki jabatan CAC merupakan suatu prestasi tersendiri buat saya. Sebelumnya pekerjaan sebagai kolektor alias tenaga lapangan membuat saya bertemu banyak karakter orang memaksa saya untuk banyak belajar, panas di jalanan dan tekanan dari atasan mulai bisa saya tinggalkan. Rasa percaya diri mulai tumbuh setelah kerja kantoran dan memegang jabatan sebagai CAC. Sebagai koordinator para surveyor membuat saya merasa berbakat sebagai pemimpin. Apalagi atasan saya Pak Duki Jatmiko seumuran dengan saya dan orangnya sangat bersahabat dan penuh pengertian, begitu juga dengan semua team credit departement, saya sangat bangga menjadi bagian dari sebuah team kerja yang sangat solid.  Kemudian saya berpikir saat inilah saat yang tepat saya resign, disaat karier saya mulai terasa cemerlang. Karena saya tidak mau keluar sebagai macan yang terluka. Saya keluar saat karir sangat bagus dan target dari kantor bisa saya capai. Secara pribadi ini adalah sesuatu yang sangat membanggakan buat saya.
Orang pindar membuat sesuatu yang sederhana menjadi rumit, orang idiot membuat sesuatu yang rumit menjadi sederhana.


Mungkin keputusan ini terdengar gila, bahkan saya sendiri sempat bingung waktu menyampaikan keinginan resign saya kepada manager FIF yg saat itu Ibu Yuni. Bukannya beliau melarang, beliau mengingatkan supaya keputusan ini saya ditunda dulu sampai menemukan ide mau ngapain setelah resign. Saya tau Ibu Yuni lakukan ini karena beliau sayang sama saya, supaya saya tidak menderita nantinya setelah tidak punya penghasilan. Karena beliau sudah sering melihat karyawan yang keluar yang becita-cita buka usaha, rumah tangganya jadi berantakan karena kesenjangan penghasilan dengan istri yang bekerja. Tapi niat saya sudah bulat, bumi terbelahpun saya akan terus maju (hehe... mulai lebay..)

bersama Ibu tercinta
Jujur saat mengambil keputusan ini saya sama sekali belum ada rencana mau ngapain, itu sebabnya saya belum berani menyampaikan keinginan resign ini kepada keluarga, saya tau mereka akan kecewa, mereka lebih senang punya anak yang pegawai dengan penghasilan pasti daripada yang tidak pasti.  Itulah alasan saya kenapa saya “belum” cerita kepada mereka, apakah berarti saya bohong? Mungkin.. dalam pikiran saya tidak ada niat bohong, menurut saya ini informasi yang tidak perlu. Saya tidak mau membuat keluarga terutama ibu saya yang sangat saya sayangi terbebani pikirannya karena kekawatiran tentang penghasilan saya nanti. Mungkin beliau bisa saja salah seperti orang lain, tapi itu tidak menghapus fakta kalau beliau ibu saya, bagi saya ibu adalah wakil Tuhan, jadi saya harus tetap menghormati beliau seperti menghormati Tuhan. Dalam hati saya berkata, 'bila saya gagal nanti, itu sepenuhnya tanggung jawab saya, tapi bila berhasil akan saya berikan pada beliau'.

Dipikiran saya saat itu hanyalah keinginan yang sangat kuat untuk memberikan hidup saya pada istri yang saya cintai. Dan hal yang paling berharga yang saya miliki adalah waktu.  Sepenting itukah waktu?? Iya.. bagi saya sangat penting! Kalo bukan untuk memuliakan istri, mau apa lagi? Setiap orang punya prioritas yang berbeda dalam hidup, itu bagi saya bukan suatu kesalahan. Karena kita bebas memilih, bukankah hidup adalah pilihan? itu sebabnya saya pilih hidup..hehe... Banyak saya perhatikan orang yang sibuk sekali bekerja sampai uang menggunung tapi tidak ada waktu buat istri dan anak. Ada juga sahabat yang mengingatkan “percuma banyak waktu tapi tidak punya uang” saya setuju pendapat ini, dan keyakinan sahabat saya ini sangat kuat tentang tidak adanya rejeki selain di FIF. Dalam keyakinan saya rejeki itu ada dimana2, dan saya tidak berani menghina Tuhan dengan menganggap rejeki Beliau hanya di FIF. Saya sangat meyakini kalau Tuhan sayang sama saya, saya sadar kemungkinan besar saya akan gagal nanti, kemungkinan besar tidak akan punya penghasilan setelah resign ini, namun apapun yang akan terjadi nanti pasti tujuannya memuliakan saya, karena tidak ada niat Beliau selain memuliakan umatnya. Dan saat inipun saya menyiapkan diri untuk gagal, saya siap gagal. Tapi bukan berarti saya boleh tidak berupaya dan berdoa.

Ada yang bilang “Oka, kamu bodoh sekali.. jabatan sudah bagus malah resign” bahkan sahabat sekaligus guru spiritual saya Bapak Gus Bawa memberitahu saya “Oka, kamu pasti menderita dulu setelah resign” ya ampun..semoga ini bukan doa buat saya.. kenapa ga ada yang dukung keputusan saya? Kemudian saya temukan jawabannya, mereka sebetulnya tidak mendukung karena mereka sangat sayang sama saya. Mereka tidak mau saya menderita setelah tidak punya penghasilan. Terimakasih ya sahabat2 baik saya… kalian telah membuat saya semakin bersemangat, semakin ingin membuktikan kalo pendapat kalian salah tentang saya. Saya ingat pesan seorang guru “penderitaan yang kamu nikmati, akan menjadi kenikmatan” saya merasakannya sekarang, orang lain boleh menilai saya menderita karena saya tidak punya penghasilan tetap lagi. Tapi saya sangat menikmati hidup saya yang sekarang, saya bisa mengantar dan jemput istri kerja, bahkan menemaninya kemanapun yang dia mau. Hal yang tidak saya rasakan saat masih bekerja sebagai karyawan. Terimakasih Tuhan….


I live my life for you

Tidak ada komentar: